Dicopot dari Jabatan Wanbin, Lepas Kursi Pimpinan Komisi VII DPR
Fadel Muhammad akhirnya legawa. Kehilangan berbagai jabatan yang ”diberikan” Partai Golkar adalah risiko saat mendukung istrinya, Hana Hasanah, menjadi calon gubernur Gorontalo bukan dari partai beringin. Fadel Muhammad setelah Berseberangan dengan Golkar
POLITIKUS senior Partai Golkar itu pernah berang saat dicopot dari jabatan sekretaris Dewan Pembina (Wanbin) Partai Golkar. Dia merasa punya alasan etika yang kuat untuk mendukung istrinya sebagai cagub Gorontalo yang diminta maju oleh PDIP, PPP, Gerindra, dan PKB.
”Untuk gubernur Gorontalo, saya tidak mau menjadikan terpidana sebagai calon,” ujar Fadel kala itu. Terpidana yang dia maksud adalah Rusli Habibie, calon yang diusung Partai Golkar. Rusli saat itu memang menjalani hukuman percobaan atas kasus pencemaran nama baik.
Perseteruan DPP Partai Golkar dengan Fadel makin panas tatkala muncul keputusan untuk mencopot Fadel dari jabatan wakil ketua Komisi VII DPR. Pria kelahiran 1952 itu juga sempat mempertanyakan alasan pencopotannya kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto. Namun, palu ”sanksi” telanjur digedok. Fadel harus kehilangan berbagai jabatannya.
Kemarin pencopotan Fadel dari jabatan wakil ketua komisi VII itu direalisasikan di DPR. Mantan Wakil Ketua Komisi VII Satya Wira Yudha kembali menduduki posisi lamanya yang sempat ditempati Fadel sejak 2016.
Proses pergantian kemarin dipimpin Wakil Ketua DPR Agus Hermanto. Sebelum serah terima, Agus membacakan surat keputusan Fraksi Partai Golkar soal pergantian posisi pimpinan komisi VII dari Fadel ke Satya. Surat itu kemudian dimintakan persetujuan kepada per- wakilan fraksi yang hadir. ”Karena semua fraksi sudah setuju, maka proses pergantian sudah sah,” kata Agus.
Agus lantas meminta Fadel untuk memberikan sambutan. Dalam pernyataannya, Fadel menyebut pergantian itu dilakukan atas keputusan pengunduran dirinya. Keputusan tersebut juga terkait dengan pemilihan gubernur Gorontalo karena istrinya maju sebagai calon gubernur. ”Enam partai meminta saya (mencalonkan istri, Red), PDIP, PPP, Gerindra, PKB, Nasdem, Perindo. Salah kalau tidak mengatakan iya,” kata Fadel kemarin (17/1).
Menurut Fadel, dengan keputusan itu, otomatis dirinya tidak mendukung calon gubernur Rusli Habibie yang notabene diusung Partai Golkar. Fadel memilih berfokus memenangkan istrinya. Karena itu, mantan menteri kelautan dan perikanan tersebut menyatakan mundur dari jabatan pimpinan komisi VII, termasuk sebagai sekretaris Dewan Pembina Partai Golkar.
”Kode etik berpolitik harus ada. Saya sudah sampaikan kepada Ketua Umum Setya Novanto dan Ketua Dewan Pembina Aburizal Bakrie, lebih baik saya mundur,” kata Fadel.
Menurut Fadel, banyak tugas menanti. Pemerintah harus lebih kuat. Karena itu, komisi VII harus bisa menyelesaikan dua RUU yang masih menjadi pekerjaan rumah, yakni RUU Minerba dan RUU Migas. ”Nanti Saudara Satya yang akan meneruskan. Saya akan tetap di sini sebagai anggota,” tutur Fadel.
Menyampaikan sambutan setelah Fadel, Satya memuji Fadel sebagai salah satu senior terbaik di Partai Golkar. Satya memastikan bahwa dirinya akan melanjutkan semua komitmen yang disepakati di Komisi VII DPR. ”Mulai dari mengelola sektor energi, termasuk lingkungan hidup, adalah komitmen yang luar biasa,” kata Satya.
Menurut Satya, selain isu energi dan lingkungan, komisi VII juga mengelola isu riset dan teknologi. Isu itu tak kalah penting karena masa depan energi adalah mengganti energi fosil dengan energi terbarukan. ”Jadi, komisi VII ini mengelola tiga kementerian yang strategis,” ujarnya.
Satya juga berjanji bahwa pembahasan RUU Minerba dan RUU Migas diselesaikan sepanjang 2017. Sebab, hanya tahun ini para pimpinan dan anggota dewan memiliki kesempatan untuk melakukan pembahasan dengan lebih fokus. Sisa waktu 2018 dan 2019 hampir dipastikan terganggu agenda politik lain. ”Efektivitas anggota akan terganggu jelang pemilu sehingga satu tahun ke depan adalah prioritas,” tandasnya. (bay/c11/fat)