Jawa Pos

Ekspor Alas Kaki Jatim Terkulai

-

SURABAYA – Ekspor alas kaki dari Jawa Timur sepanjang 2016 menurun 4,05 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat nilai ekspor alas kaki Jatim pada 2015 mencapai USD 523,921 juta, turun menjadi USD 502,724 juta pada 2016.

Ketua Asosiasi Persepatua­n Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur Winyoto Gunawan menyatakan, selama ini Indonesia kalah saing dengan Vietnam dan negaranega­ra di kawasan Eropa Timur. Terutama dari faktor G- to- G ( government to government). ”Pemerintah sering diimbau untuk meningkatk­an kerja sama dengan pasar tujuan ekspor. Tetapi, nyatanya belum terjadi,” ungkapnya kemarin (17/1).

Dia mencontohk­an, untuk pasar AS saja, Indonesia sudah terkena bea masuk lebih mahal 4,95 persen daripada Vietnam. ”Untuk pasar Eropa Barat, Indonesia kalah dengan Eropa Timur. Lantaran jarak dan harga, Eropa Barat lebih suka mengimpor dari Eropa Timur,” kata Winyoto.

Dia menambahka­n, pengiriman alas kaki dari Eropa Timur ke Eropa Barat hanya membutuhka­n waktu 2 hari. Sementara itu, pengiriman dari Indonesia bisa memakan waktu 3 pekan, bahkan sebulan. Buyer dari Eropa Barat biasanya juga mensyaratk­an bahan baku harus berasal dari sana.

Belum lagi, tidak adanya bea masuk dari negara Eropa Timur ke Eropa Barat makin menguntung­kan buyer dari sana. ”Kalau impor dari Indonesia, bisa kena bea masuk 5 persen. Jadi, harga alas kaki dari Eropa Timur bisa selisih 10–15 persen lebih murah,” ungkapnya.

Sementara itu, nilai impor barang konsumsi di Jawa Timur tahun lalu meningkat 16,57 persen menjadi USD 2,050 miliar. Lonjakan signifikan terjadi pada Desember yang mencetak kenaikan impor 56,83 persen dibandingk­an November.

Ketua Gabungan Importer Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur Bambang Sukadi menyatakan, impor barang naik untuk memenuhi permintaan selama periode Natal dan tahun baru. ’’Produksi dalam negeri masih belum terlalu membaik sehingga dibutuhkan pasokan barang impor,’’ katanya kemarin (17/1).

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kenaikan impor barang konsumsi dibarengi turunnya impor bahan baku penolong dan barang modal 3,85 persen. Hingga akhir Desember 2016, nilai impor bahan baku dan penolong mencapai USD 14,932 miliar.

Angka penurunan yang lebih tajam terjadi pada impor barang modal sebesar 17,91 persen menjadi USD 1,638 miliar. ’’Penurunan impor barang modal dan bahan baku penolong mengindika­sikan aktivitas industri di Jatim masih cukup lesu. Akibatnya, mau tidak mau kita harus impor,’’ jelasnya.

Total nilai impor Jatim selama 2016 mencapai USD 18,622 miliar atau turun 3,44 persen dibandingk­an tahun sebelumnya. Barang yang paling banyak diimpor adalah perhiasan atau permata, mesin atau peralatan mekanik, besi dan baja, plastik dan barang dari plastik, serta buahbuahan. (vir/c5/c15/noe/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia