Jawa Pos

Sulit Lakukan Regenerasi

-

PROBLEM pelatih loncat indah Jatim sangat kompleks. Selain minimnya sarana latihan, mereka sulit melakukan regenerasi atlet. Sebab, atlet muda yang mau menekuni cabor itu mulai berkurang. Kini loncat indah Jatim hanya memiliki tujuh atlet junior.

’’Olahraga ini termasuk olahraga yang high risk. Orang pasti berpikir dua kali kalau mau bergabung di sini,’’ ujar Ronaldy Herbintoro, pelatih loncat indah.

Keterbatas­an fasilitas juga menjadi faktor yang mempersuli­t regenerasi. Itu terjadi karena loncat indah memiliki spesifikas­i tersendiri. Yakni, harus memiliki kedalaman minimal 5 meter. Sejauh ini, Robin, panggilan Ronaldy, belum menemukan kolam yang cocok sebagai pengganti tempat latihan. Praktis, mereka hanya bergantung pada latihan kering di KONI Jatim. ’’Sebelum dibongkar, kami latihan di Graha Residen, dan itu jauh. Kasihan atlet,’’ jelas Robin.

Belum adanya tenaga talent scout turut mempersuli­t regenerasi. Selama ini, loncat indah Jatim hanya berupaya menjaring atlet mudanya secara mandiri. Yakni, memantau perenang cilik di klub renang, atau mencari atlet dari cabang senam. ’’Kalau atlet senam kan sudah punya kelenturan tubuh. Tinggal kita yang menyesuaik­an latihannya,’’ ujar Robin.

Keresahan itu juga dirasakan Della Dinarsari. Atlet senior yang kini menjalani pelatnas di Jakarta tersebut mengatakan bahwa dirinya mengalami kesulitan karena minimnya regenerasi. ’’Kami harus siap turun di semua nomor karena minim atlet pelapis,’’ kata atlet berusia 26 tahun tersebut. Menurut Della, kurangnya animo masyarakat Indonesia terhadap loncat indah juga menjadi faktor penghambat regenerasi. ’’Yang terekspos hanya olahraga yang populer terus,’’ keluhnya. (tif/c19/bas)

 ??  ?? BUTUH PENERUS: Atlet loncat indah di final PON 2016 lalu. DIKA KAWENGIAN/JAWA POS
BUTUH PENERUS: Atlet loncat indah di final PON 2016 lalu. DIKA KAWENGIAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia