Rasakan Sensasi Jadi Turis di Kota Sendiri
Komunitas Love Suroboyo Aktif Ajak Anggota Blusukan Kampung
Kenali kotamu luar dalam. Dengan begitu, kalian akan lebih mencintainya. Itulah salah satu misi Komunitas Love Suroboyo. Sesuai dengan namanya, komunitas tersebut merupakan wadah untuk mereka yang benarbenar mencintai Surabaya.
KOMUNITAS ini berdiri sejak September tahun lalu. Penggagasnya adalah Sandy Setiawan. Misi utamanya menggerakkan masyarakat agar lebih peduli dan mengenali Surabaya. Pembentukan komunitas itu berawal dari aksi ”Tolak Risma ke Jakarta.” Waktu itu, Sandy adalah salah seorang inisiatornya. Pria 26 tahun tersebut bahkan menghibahkan akun pribadinya di media sosial untuk dinamai Love Suroboyo. Demi mempertahankan Risma, Sandy mengampanyekan rasa cinta pada Surabaya. Caranya menampilkan apa pun tentang Surabaya. Baik sudut masa dulu maupun sekarang. Dari sana, kampanye cinta Surabaya terus bergaung.
Kala itu, Sandy tidak menyangka mendapat sambutan yang baik dari publik. Sebulan berselang, Sandy membuka kesempatan bagi siapa pun untuk bergabung dengan komunitasnya.
Kegiatan yang dilakukan komunitas itu juga unik. Mereka doyan blusukan untuk lebih mengenali Surabaya. Banyak yang memanfaatkan momentum blusukan tersebut untuk hunting foto. Namun, komunitas itu bukan komunitas fotografi. Tidak semua anggota punya hobi foto. Bahkan, ada yang ibu rumah tangga biasa. ”Mereka bergabung karena ingin mengenal Surabaya,” ujar Sandy. Tak jarang, mereka menggandeng ahli sejarah untuk belajar tentang Surabaya tempo dulu.
Saat ini anggota Komunitas Love Suroboyo berjumlah 56 orang. Mereka berasal dari beragam latar belakang. Ada fotografer, pelajar, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga. Kebanyakan justru adalah arek Suroboyo. Karena mayoritas anggotanya adalah anak muda, komunitas itu juga memperhatikan hal-hal kekinian dari Surabaya. Misalnya, ikon-ikon baru kota atau kegiatan yang sedang digemari anak muda Surabaya.
Saat ini Komunitas Love Suroboyo berfokus blusukan dengan tema tertentu. Yang terakhir adalah blusukan Kampung Eropa Jilid 1. Mereka menyusuri jejak peninggalan bangsa Eropa di Surabaya. Menjelang Imlek, Sandy berencana membuat agenda blusukan Kampung Pecinan.
Respons positif dari publik juga tampak saat Sandy mengadakan kontes foto bertajuk Photography Challenge 50K. Tak tanggung-tanggung, 685 orang ikut serta. Apalagi, iming-iming hadiahnya adalah merasakan sensasi keliling Surabaya gratis. Bagi masyarakat dari luar kota, tentu itu kesempatan emas.
Tema yang diangkat dalam lomba tersebut bebas, tapi harus tentang Surabaya. Maklum, kampanye komunitas itu adalah menebar rasa cinta pada Surabaya. Persis nama komunitas tersebut. Penilaian utama yang ditekankan pada kontes itu adalah bagaimana peserta dapat menjepret sudut-sudut Surabaya dari angle berbeda. Itu selaras dengan hobi anak muda yang sering mengisi akun media sosialnya dengan dokumentasi ala my trip my adventure. ”Malahan banyak foto selfie yang diikutin,” ujarnya, lalu tertawa.
Sandy mencontohkan karya salah seorang peserta yang menang, Widodo Adi Prasetyo. Dia memotret Tugu Pahlawan dalam suasana Grebeg Maulid. Dua kombinasi itu, menurut Sandy, sangat menarik. Tugu Pahlawan bersanding secara apik dengan meriahnya Grebeg Maulid yang bernuansa agamis dan merakyat.
Hampir seluruh foto yang masuk 10 terbaik menunjukkan sudut lain Surabaya. Hal itu sesuai dengan misi Love Suroboyo. Yakni, tentang kenali dan peduli kotamu. Peserta dituntut untuk mampu mengenali lebih dekat Surabaya dari sudut pandang yang berbeda.
Setelah diumumkan pada 4 Januari lalu, 10 pemenang berhak mengambil hadiahnya pada 15 Januari. Yakni, berkeliling dengan bus Surabaya Shopping and Culinary Track (SSCT). Bus itu disediakan oleh Surabaya Tourism and Information Center.
Uniknya, hampir seluruh pemenang adalah arek Suroboyo. Meski begitu, semuanya mengaku baru kali pertama keliling Surabaya dengan naik bus SSCT. Meski hobi blusukan demi hunting foto, semuanya kompak mengaku bahwa mereka berasa jadi turis di kota sendiri.