Jawa Pos

Sekolah Negeri Resah Kuota Terpangkas

Seluruh Siswa Tetap Didaftarka­n SNM PTN

-

SURABAYA – Berkurangn­ya kuota seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) bagi sekolah akreditasi A dari 75 persen menjadi 50 persen membuat banyak guru resah. Para guru berpendapa­t, berkurangn­ya kuota SNM PTN tersebut berdampak pada semakin ketatnya siswa untuk dapat masuk perguruan tinggi negeri (PTN).

’’ Berkurangn­ya kuota SNM PTN itu tentu sangat mengecewak­an sekolah. Apalagi, selama ini SNM PTN menjadi salah satu jalur yang memiliki peluang cukup besar siswa bisa lolos,’’ terang Waka Kesiswaan SMAN 20 Supratman. Di SMAN 20, lanjut dia, jumlah siswa yang lolos SNM PTN tiga tahun ini meningkat pesat. Yakni, dari 25 siswa pada 2014 menjadi 73 siswa pada 2015. ’’ Nah, tahun 2016, meski turun jumlahnya, tetap tinggi, 72 siswa,’’ bebernya.

Alasan penurunan kuota oleh panitia SNM PTN itu, menurut Suprat man, kurang tepat. Yakni, kuali tas mahasiswa jalur SNM PTN diang gap lebih rendah dibandingk­an maha siswa yang masuk melalui selek si bersama masuk perguruan ting gi negeri ( SBM PTN). ’’Seharusnya, to lok ukur kualitas mahasiswa tidak ha nya dibandingk­an SBM PTN, tetapi juga dengan jalur mandiri. Sebab, ketiganya merupakan jalur yang disediakan pemerintah untuk dapat masuk perguruan tinggi,’’ tuturnya.

Meski begitu, dia sepakat panitia SNM PTN menyaranka­n sekolah untuk lebih selektif dalam memberikan nilai kepada siswa. Sebab, nilai SNM PTN merupakan kepercayaa­n antara perguruan tinggi dan sekolah.

Supratman menambahka­n, saat ini sekolah memasuki proses mengisi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS). Rencananya, seperti tahun lalu, pada tahap seleksi awal SNM PTN itu, seluruh siswa akan didaftarka­n PDSS. ’’Kami berencana mendaftark­an 343 siswa kami untuk mengikuti seleksi,’’ terangnya.

Hal senada disampaika­n guru bimbingan konseling (BK) SMAN 15 Any Melania. Bukan hanya siswa, turunnya kuota SNM PTN untuk sekolah akreditasi A itu juga membuat orang tua waswas. Mindset bahwa anak yang tak lolos SNM PTN merupakan siswa yang nilainya di bawah rata-rata telanjur tertanam pada orang tua.

Meski diliputi kekhawatir­an, lanjut Any, sekolah sudah mengupayak­an beberapa cara agar tetap tenang. Salah satunya dengan memberikan motivasi, jika tidak lolos SNM PTN, masih ada jalur SBM PTN dan mandiri. ’’Kuota 50 persen untuk sekolah terakredit­asi A ini sebenarnya bukan hal baru. Tahun 2012, kondisi serupa pernah diterapkan panitia pusat,’’ ujarnya.

Secara terpisah, koordinato­r BK SMAN 6 Yanie Susanti mengatakan, sekolahnya saat ini hanya fokus untuk menyelesai­kan PDSS. SMAN 6 memiliki tim khusus untuk mengisi file yang berisi nilai semester 1–5. ”Saat ini kami sedang melakukan konversi nilai untuk semester 4–6 yang semula satuan menjadi puluhan. Ini sesuai permintaan PDSS pusat,’’ jelasnya.

Terkait penguranga­n kuota, saat ini sekolah belum melakukan sosialisas­i kepada siswa. Yanie mengatakan, SMAN 6 akan menunggu sosialisas­i dari SNM PTN yang biasanya hadir memberikan penjelasan lebih detail. ’’Akan kami sampaikan setelah sekolah mendapat undangan sosialisas­i SNM PTN,’’ terangnya.

Guru BK SMAN 21 Sri Mulyanings­ih mengaku tetap mendaftark­an seluruh siswa melalui PDSS. Selanjutny­a, panitia pusat yang menyeleksi menjadi 50 persen. ”Kecuali kalau ada siswa yang tidak mau didaftarka­n,’’ katanya. Tahun sebelumnya, ada beberapa siswa yang tidak ingin mendaftar SNM PTN. Sebab, mereka mendaftar pada sekolah kepolisian, TNI, dan ada yang sudah diterima di perguruan tinggi swasta.

Sri menilai, hal itu juga bisa memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk berkompeti­si. Sebab, pada intinya, pendaftara­n SNM PTN adalah bersaing dengan teman-teman sendiri di lingkungan sekolah. Dia memisalkan, di sekolahnya ada 1 kelas jurusan bahasa, 2 kelas jurusan IPS, dan 5 kelas jurusan IPA. ’’Jurusan bahasa yang diterima SNM PTN banyak, karena pesaingnya sedikit,’’ terangnya.

Saat ini, pihaknya mulai mengunggah data siswa, termasuk nilai-nilai siswa. Dia sepakat nilai siswa yang diunggah harus sesuai kondisi. Artinya, harus jujur. Dengan begitu, tidak ada upaya mendongkra­k nilai. (elo/puj/c17/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia