Jawa Pos

Curi Start Belajar Teknik Sipil

Siswa SMA Stella Maris Dalami Fisika dengan Praktik Membuat Jembatan

-

Pelajaran eksakta masih menjadi momok bagi sebagian pelajar. Rumus-rumus fisika yang harus dihafalkan cukup banyak. Agar tidak melulu belajar teori, para guru SMA Stella Maris mengajak siswa praktik membuat jembatan.

LANGKAH kaki Nelvin Tanoyo membawanya semakin dekat dengan laboratori­um fisika di lantai 2 SMA Stella Maris. Di dalamnya, para siswa sudah menunggu. Mereka duduk berkelompo­k. Di hadapan mereka, sudah ada rakitan jembatan setengah jadi.

Pintu dibukanya. ”Selamat siang semua,” sapa Nelvin. Para siswa membalas salam pelatih klub konstruksi jembatan tersebut. Hari itu mereka akan menyelesai­kan prakarya. Kemudian, melakukan uji kekuatan dengan beban tertentu.

Di kelas tersebut, ada tujuh siswa yang terbagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing menghadap jembatan yang dibangun dengan bahan berbeda. Dua kelompok membuat konstruksi jembatan dari kayu balsa. Satu kelompok lain menggunaka­n stik es krim.

Nelvin berkelilin­g dari satu kelompok ke kelompok lain. Sesekali dia memeriksa prakarya para siswa. Jika masih ada yang kurang, dia meminta siswa memperbaik­inya. Bahkan, dia ikut turun tangan memberikan contoh yang benar. ”Kalau ada yang salah, satu saja, bisa buyar. Dayanya nggak matang,” tegas mahasiswa Teknik Sipil UK Petra itu.

Untuk membuat replika jembatan, desain tidak perlu rumit. Bahkan, dicari yang paling simpel. Unsur yang paling penting adalah penghitung­an yang tepat sehingga menghasilk­an kapasitas besar.

Dalam membuat konstruksi jembatan, para siswa tidak boleh sembaranga­n. Karena itu, Nelvin mengajarka­n cara penghitung­an sesuai yang dipelajari­nya di bangku kuliah. ” Tapi, saya sederhanak­an supaya mereka mudah paham,” terangnya.

Untuk membuat konstruksi jembatan, para siswa menggunaka­n hukum kesetimban­gan. Selain itu, hukum Newton sederhana dan momen gaya. Mereka juga diajari cara membuat desain jembatan dengan media aplikasi Autocad.

Kresna Prasetya Nugroho, siswa kelas XII IPA SMA Stella Maris, telah mengikuti klub membuat konstruksi jembatan sejak kelas X. Dia mengaku tertarik dengan kegiatan itu karena ingin mengasah kreativita­s. Rupanya, dia juga merasakan manfaat setelah belajar dengan berpraktik langsung. Pelajaran fisika di kelas lebih mudah terserap.

Bukan hanya fisika, Kresna juga merasa lebih mudah memahami rumus dan hitungan matematika. Dia mengaku sulit memahami pelajaran eksak tanpa ada gambaran. ”Di kelas jadi lebih paham dengan rumus-rumus karena bisa membayangk­an lewat konstruksi jembatan ini,” terangnya.

Kresna tidak menampik mempunyai misi lain mengikuti kegiatan membuat konstruksi jembatan.n. Selain tertarik memenangi kompetisi di bidangng itu, dia mencuri start mempelajar­i materi matata kuliah yang diinginkan­nya. ”Ini juga belajarar buat ke depan kalau masuk jurusan yangng diinginkan, hehehe,” ujar siswa yang bercita-cita ta masuk jurusan teknik sipil tersebut.

Bukan hanya Kresna. Steven Ray Widjaya ya merasakan hal yang sama. Siswa kelas XII itutu jadi lebih mudah membedakan gaya tekanan dan gaya tarik. Selain itu, dia bisa melatihih kesabaran, kerja sama, dan ketelitian.

Ray mengakui bahwa membuat konstruksi­ksi jembatan tidaklah mudah. Dulu, ketika awal belajar, ar, dia dan teman-temannya membutuhka­n waktutu berminggu-minggu untuk menyelesai­kan pekerjaan.an. Kini, karena sudah terbiasa dan desainnya ada,da, mereka hanya membutuhka­n waktu sekitar empatat jam untuk merangkai bahan.

Tidak terasa, waktu menggunaka­n laboratori­umm fisika hampir habis. Prakarya para siswa sudahah jadi. Satu per satu replika jembatan itu diujiuji kekuatanny­a dengan menggunaka­n bebanan logam beragam ukuran. Krak. Bunyi patahanan kayu mengakhiri proses uji kekuatan. Kemudian,n, para siswa menuliskan bobot beban maksimalal yang bisa ditampung jembatanny­a.

Masih belum puas, Nelvin menginjak salah satu jembatan untuk memastikan kekuatanny­a. Pria berbobot lebih dari 100 kilogram itu tidak ragu meletakkan kaki-kakinya di atas sisi jembatan. Hasilnya memuaskan. Jembatan tidak goyah. ”Desain yang ini memang bisa menampung beban sampai 123 kilogram,” ungkapnya. (ant/c7/nda)

 ?? DIKA KAWENGIAN/JAWA POS ?? UJI BEBAN: Aurelia Narda (kiri) dan Veronica Sienarta menguji kekuatan replika jembatan yang sudah jadi.
DIKA KAWENGIAN/JAWA POS UJI BEBAN: Aurelia Narda (kiri) dan Veronica Sienarta menguji kekuatan replika jembatan yang sudah jadi.
 ?? DIKA KAWENGIAN/JAWA POS ?? KERJA KELOMPOK: Satu tim siswa SMA Stella Maris menyelesai­kan konstruksi jembatan denggan menggunaka­n stik es krim.
DIKA KAWENGIAN/JAWA POS KERJA KELOMPOK: Satu tim siswa SMA Stella Maris menyelesai­kan konstruksi jembatan denggan menggunaka­n stik es krim.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia