Target Dongkrak Okupansi Hotel
SIDOARJO – Potensi wisata di Kota Delta semakin dilirik. Bahkan, mulai disejajarkan dengan beberapa daerah lain yang sudah dikenal luas sebagai ikon wisata nasional. Semangat itu tergambar pada pelaksanaan pameran para pelaku wisata di Jawa Timur (Sidoarjo), Bali, dan Lombok kemarin (17/1).
Event yang berlangsung di The Sun Hotel tersebut menjadi cara promosi destinasi wisata, hotel, dan restoran melalui agen travel
Total ada 30 seller yang berpartisipasi. Sementara itu, tak kurang dari 500 buyer se-Jatim hadir dalam pameran yang diadakan Persaturan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sidoarjo tersebut
Bendahara PHRI Sidoarjo M. Nasrun Afandi mengatakan, acara itu sengaja diselenggarakan agar pelaku wisata, baik hotel maupun restoran, bisa lebih familier dengan promosi melalui table top. ’’Selama ini pelaku wisata di Sidoarjo hanya mengandalkan buyer datang tanpa ada upaya untuk promosi besar-besaran,’’ katanya.
Menurut Nasrun, terdapat 110 hotel dan 500 restoran di Kota Delta. Mereka sama sekali belum memanfaatkan agen travel untuk sarana promosi. Karena itu, okupansi hotel di Sidoarjo setiap hari sangat rendah. Yakni, berkisar 10–20 persen. Kondisi tersebut tentu sangat membuat miris jika dibandingkan dengan okupansi hotel di luar Sidoarjo.
’’ Kami berusaha untuk mening katkan okupansi atau pen jualan kamar hingga 80 persen,’’ ujar nya.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut dia, dibutuhkan usaha marketing yang bagus. Salah satunya, bekerja sama dengan agen travel. Selain itu, membuat kegiatan pameran seperti table top. Saat ini hotel-hotel di Sidoarjo memang masih belum memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya marketing.
’’Pelaku wisata tidak bisa hanya mengandalkan orang datang. Tetapi, juga harus pandai menjual secara online,’’ ungkapnya.
Nasrun menuturkan, pihaknya juga berupaya untuk membuat paket wisata yang bisa ditawarkan kepada buyer. Salah satu wisata yang terbukti mampu menyedot wisatawan datang ke Sidoarjo adalah area lumpur Lapindo. Destinasi wisata tersebut kini memiliki daya jual yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan wisata lain.
Biasanya paket wisata yang ditawarkan berbentuk triangle trip. Yakni, destinasi wisata lumpur Lapindo, Intako (Pasar Tas Tanggulangin), dan Candi Pari. ’’Sebenarnya banyak potensi wisata di Sidoarjo. Tetapi, masih belum layak jual,’’ sesalnya.
Dia mencontohkan, wisata Tlocor di Kecamatan Jabon. Akses menuju Pantai Tlocor hingga kini belum bisa dilalui bus besar. Akibatnya, agen travel belum berani mencantumkan Tlocor sebagai bagian dari destinasi wisata Sidoarjo.
Lumpur Lapindo, lanjut Nasrun, memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bahkan, peristiwa yang menenggelamkan delapan desa di tiga kecamatan, yakni Tanggulangin, Porong, dan Jabon, tersebut sudah menjadi perhatian dunia. ’’Hanya, penjaga di lumpur Lapindo masih belum dibekali ( ilmu, Red) tentang destinasi wisata,’’ ujar pria yang juga ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Sidoarjo (APPWS) tersebut.
Selain menggelar pameran, lanjut dia, seluruh seller dari Sidoarjo, Bali, dan Lombok akan melakukan fun trip di wisata Kota Delta. Mulai Museum Mpu Tantular, lumpur Lapindo, Candi Pari, Candi Sumur, Intako, hingga Batik Al Huda. ’’ Fun trip itu dilakukan untuk mengenalkan potensi wisata di Sidoarjo kepada para seller,’’ jelasnya.
Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Sidoarjo Djoko Supriyadi mengungkapkan, pihaknya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan pameran destinasi wisata dan pelaku wisata di Sidoarjo kepada buyer. Hal itu akan menjadi salah satu upaya pengembangan wisata di Kota Delta. ’’Kerja sama antara PHRI dan agen travel diharapkan dapat mengangkat nama Sidoarjo ke berbagai daerah,’’ kata Djoko. (ayu/c7/pri)