Jawa Pos

Turunkan Laba untuk Jaga Kualitas

Bisnis makanan terus menggeliat saat kondisi ekonomi masih redup. Permintaan usaha kecil menengah (UKM) camilan di Desa Keboan Anom, Kecamatan Gedangan, terus naik. Syaratnya, mereka mempertaha­nkan kualitas produk.

-

PEMILIK UKM itu adalah pasangan suami istri (pasutri) Karto dan Rini Eko Suwarni. Kemarin (17/1) Jawa Pos bersama Kepala Dusun Keboan Anom Regu Wibowo bertandang untuk melihat produksi keripik usus ayam yang dilabeli ’’ Tandi’’. Pabrik berlokasi di RT 2, RW 2, Desa Keboan Anom. Tak jauh dari balai desa Keboan Anom yang dilintasi Kali Gedangan.

Mereka merintis usaha keripik usus itu sejak 2006. Keduanya turun sendiri untuk mengelola usus dengan dibantu lima partner kerja, sebutan pasutri itu untuk pekerja di rumah produksi tersebut. Menggunaka­n bak berukuran tanggung, Karto dan Rini mengaduk campuran beberapa tepung dan bawang putih yang telah dihaluskan dengan usus mentah yang sudah dibersihka­n. ’’Takarannya kira-kira saja. Yang penting kualitas tepungnya premium,’’ kata Rini.

Soal kualitas, Karto dan Rini tidak bisa berkomprom­i. Menurut Rini, mereka lebih baik menurunkan untung daripada mengubah takaran resep. Rini bercerita, semula dirinya tidak memproduks­i keripik usus ayam. Usaha pertamanya membuat tahu krispi. Dengan telaten, Rini menjajakan tahu olahan yang sudah dikemas dalam plastik-plastik kecil ke warung-warung.

Kesabarann­ya membuahkan hasil. Produk tahu krispi laris manis. Bahkan, warung-warung yang menjadi langganann­ya rela antre jika mau memesan produknya. ’’Makin banyak permintaan, akhirnya saya memutuskan keluar dari pabrik saja. Kalau istri sendiri kewalahan mau mengembang­kan,’’ tutur Karto.

Sejak dibantu suami, Rini berani melebarkan sayap. Produknya bukan hanya tahu krispi. Sampai akhirnya, usus ayam goreng juga tak luput dari tangan piawai Karto dan Rini. ’’ Nggak nyangka, semuanya laku. Malah kami kurang-kurang ngirim ke pelanggan,’’ ucap Rini.

Menurut Rini, salah satu hal yang benar-benar dijaga dari semua produk camilannya adalah kebersihan pengolahan dan keutamaan rasa. Dia menitikber­atkan banyak bawang putih untuk membuat gurih usus. Dengan begitu, penggunaan penyedap rasa dapat diminimalk­an. ’’ Ya, saya kasih, tapi takarannya ndak banyak,’’ ungkap Rini.

Dalam sehari, Karto dan Rini mengolah hingga 2 kuintal atau 200 kilogram usus ayam mentah. Setelah melalui pengolahan, keripik usus itu bakal dikemas dalam tiga ukuran. Mulai ukuran saset, medium sekitar setengah kilogram, sampai kemasan 2 kilogram. Mereka membandero­l harga Rp 50 ribu per kilogram.

Dengan produksi 200 kilogram, omzet yang mereka dapat Rp 10 juta per hari. Distribusi produk keripik usus itu telah merambah ke beberapa daerah di Jawa Timur. Di antaranya, Malang, Pasuruan, Gresik, Banyuwangi, dan Blitar. Dan, tentunya di Sidoarjo serta Surabaya. ( via/c19/dio)

 ??  ?? BERAWAL MODAL KECIL: Saromah menggoreng usus ayam di rumah produksi milik Rini dan Karto di Desa Keboan Anom kemarin. UKM ini tiap hari memproduks­i 2 kuintal keripik usus. CHANDRA SATWIKA/JAWA POS
BERAWAL MODAL KECIL: Saromah menggoreng usus ayam di rumah produksi milik Rini dan Karto di Desa Keboan Anom kemarin. UKM ini tiap hari memproduks­i 2 kuintal keripik usus. CHANDRA SATWIKA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia