Jawa Pos

Bantuan Pangan Masih Tunggu Juknis

Kuota Penerima di Surabaya Bertambah

-

SURABAYA – Surabaya belum punya persiapan apaapa untuk melaksanak­an program bantuan pangan nontunai yang digagas Kementeria­n Sosial (Kemensos). Sebab, hingga saat ini pedoman umum dari pusat belum turun ke daerah. Padahal, layanan itu seharusnya sudah berjalan pada awal 2017.

Program tersebut merupakan pengganti program beras untuk keluarga miskin (raskin). Bentuknya bisa berupa beras maupun bahan sembako lain. Setiap warga prasejahte­ra akan diberi voucher dengan nilai tertentu. Voucher tersebut nanti bisa ditukarkan sembako di tokotoko yang telah ditunjuk pemerintah untuk menjadi e-warung.

Dalam hearing yang diadakan DPRD Surabaya kemarin (17/1), dinas sosial (dinsos) menyatakan belum bisa berbuat banyak. Kepala Bidang Bina Sosial Keagamaan dan Perlindung­an Sosial Dinsos M. Januar Rizal menerangka­n, hingga saat ini pihaknya belum menerima petunjuk pelaksanaa­n (juklak) maupun petunjuk teknis (juknis) dari pemerintah pusat untuk melaksanak­an program tersebut. ’’Bentuk dan besaran bantuannya apa saja, kami belum tahu,” kata Rizal.

Surabaya, lanjut Rizal, mendapat tambahan kuota untuk keluarga penerima manfaat (KPM). Jika pada tahun sebelumnya 65.991 keluarga, tahun ini jumlahnya naik menjadi 72.590 keluarga. ’’Tambahan ini berdasar SK Kemensos yang keluar pada 20 Desember 2016,” jelasnya.

Rizal mengatakan, dengan kuota sebanyak itu, Kota Surabaya harus mempunyai minimal seratus e-warung. Dengan asumsi, satu e-warung melayani 500–1.000 keluarga penerima. Pihaknya juga sudah bisa mengirangi­ra bentuk bantuan. ’’Komponenny­a bisa berupa beras, terigu, gula, atau lainnya,” tuturnya.

Rizal menambahka­n bahwa Kemensos menjadikan Surabaya sebagai salah satu di antara sembilan kota pilot project pelaksanaa­n program bantuan nontunai. Sambil menunggu turunnya juknis, dinsos akan melakukan pemutakhir­an data terhadap KPM di seluruh Surabaya. ’’Pertama dicek di RT dan RW, apakah sudah meninggal atau sudah jadi orang mampu. Kemudian, diadakan musyarawah di kecamatan, baru dibawa ke dinsos,” terang Rizal.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Reni Astuti berpesan agar dinsos segera melakukan pemutakhir­an data. Selain itu, menurut dia, Surabaya harus memiliki banyak e-warung untuk memaksimal­kan pelayanan. ’’Rasionya 500 sampai 1.000, tapi bagusnya 500 saja biar pelayanan merata,” katanya. (tau/c7/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia