Hypnagogic dan Inspirasi ketika Ngelindur
SURABAYA – Sudah kau tuangkan minuman itu untukku, tapi selalu ada cicak di situ. Lalu kau menyebut dirimu suci. Dan alam pun tertawa terbahak-bahak. Padahal, yang suci Tuhan YME.
Begitulah penggalan kalimat yang tertulis pada salah satu lukisan Andi Prayitno berjudul Bitch. Lukisan yang dipamerkan di Warung Mbah Cokro kemarin (17/1) itu bertajuk Hypnagogic. Melalui goresan cat, Andi menggambarkan kejadian yang lekat dengan kehidupannya sehari-hari. Sebanyak 35 lukisan surealis dipamerkan hingga 21 Januari.
”Dulu saya pernah kenal dengan seorang perempuan yang selalu baik. Tapi, ending- nya dia memberikan sesuatu yang buruk dalam hidup saya,” jelasnya. Pada satu lukisan cat air berukuran 21 x 30 cm, tergambar botol bertulisan Air (itu) Suci Bitch. Di samping botol, terdapat gelas berisi air yang di dalamnya ada seekor cicak.
Hypnagogic adalah penggambaran keadaan seperti bangun dari tidur. Itulah perumpamaan yang dicetuskan Andi ketika membuat lukisan yang digelar pada pameran tunggal pertamanya itu.
Pria kelahiran Surabaya, 29 Agustus 1979, tersebut berkreasi dengan lukisan yang menurut dia dibuat ketika sedang ngelindur. ”Inspirasi berada jauh masuk ke dalam alam bawah sadar kita,” ucapnya. Tidak tertutup kemungkinan, Andi membebaskan pengunjung untuk menginterpretasikan sendiri lukisannya.
Beberapa lukisan yang dipamer- kan menggambarkan sosok perempuan. Tengok saja lukisan Andi yang berjudul Logis. Lukisan tersebut menggambarkan seorang perempuan yang memiliki banyak mata di wajahnya. Perempuan itu berdiri dengan mengenakan kaus dan celana. Satu tangannya berada di pinggang. Terdapat gelembung percakapan, ’’Maaf honey, penglihatanku sedang logi$ tentang dirimu.”
Meski sebagian besar lukisannya menggunakan media kertas dan cat air, Andi menyematkan beberapa elemen tambahan seperti foto wajah dan potongan uang kertas yang sobek. Ada pula lukisan dengan media campuran seperti cat air yang dipadukan dengan cat minyak. Misalnya, lukisan Belajar pada Padri.
Pada lukisan berukuran 21 x 30 cm itu, tampak sebuah gulungan kain jins yang di dalamnya terdapat potongan uang kertas Rp 5 ribu.
”Kalau sudut pandang saya, dalam lukisan ini Andi mencoba untuk mengorelasikan kisah Imam Bonjol sebagai seorang pemimpin ketika Perang Padri. Mungkin kisah tersebut diangkat karena banyak kejadian di negeri kita kini yang dipicu isu SARA,” papar Syarif W.B., penyair dan sahabat Andi. Sementara itu, gambar sobekan kain jins yang berputar, lanjut dia, merupakan simbol penjajahan yang berhasil memasuki ruang bawah sadar.
Dalam jagat seni rupa, Andi yang sudah lima tahun menjadi pendidik anak-anak berkebutuhan khusus di UPTD Ponsos Kalijudan kerap menggunakan karakter jins. Dia kerap mengeksplorasi kain denim itu dalam berbagai bentuk. (esa/c7/jan)