Bedakan Makar dan Nahi Mungkar
JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla ( JK) mengingatkan masyarakat agar berhati-hati membedakan makar dan nahi mungkar (mencegah kejelekan/kemungkaran). Bila tak hati-hati, masyarakat bisa salah kaprah dalam memahami dua hal yang amat berbeda itu.
”Jangan nanti orang bicara nahi mungkar, ulama nanti dikira makar,” kata JK setelah menghadiri peringatan Milad Ke-39 Masjid Istiqlal tadi malam (22/2). Acara tersebut juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Namun, JK juga meminta para ustad tidak berbicara yang menjurus pada makar. Makar diartikan sebagai penggulingan kekuasaan. ”Kalau mengkritik pejabat korup, nahi mungkar itu. Kalau menggulingkan sesuatu, itu makar itu. Kalau masjid itu nahi mungkar, jangan makar,” tutur pria yang juga ketua umum Dewan Masjid Indonesia tersebut.
Pesan itu memang berkaitan dengan kondisi aktual bangsa saat ini. Polisi pernah menetapkan tujuh tersangka dugaan makar awal Desember 2016. Akhir-akhir ini pun semakin banyak aksi damai bela Islam dan ulama. Yang terakhir digelar Selasa (21/2) di depan gedung DPR/MPR.
Dalam sambutannya, JK menegaskan bahwa masjid harus bisa bermanfaat untuk masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang diminta memakmurkan masjid.
JK juga mengingatkan bahwa tempat pendirian Istiqlal punya makna toleransi yang dalam. Tepat di depan Istiqlal berdiri Katedral Jakarta. Dulu ada keinginan Istiqlal didirikan di sekitar Tanah Abang yang sekarang berdiri Hotel Indonesia. ” Tapi, Bung Karno punya visi ke depan yang luar biasa. Ini bentuk keberagaman dan kesatuan Indonesia,” tambah dia. (jun/c9/agm)