Saham Freeport Bisa Terpuruk
Negosiasi Berpegang pada UU Minerba
JAKARTA – Hingga kini, operasional PT Freeport Indonesia (PT FI) terhenti karena belum adanya kesepakatan tentang persyaratan ekspor konsentrat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, hal itu bisa berdampak pada jatuhnya harga saham Freeport McMoran, induk usaha PT FI yang merupakan raksasa tambang asal AS. ’’Kalau kami mau terus-menerus menuju hal negatif, pasti tidak hanya buruk bagi kami, tapi juga Freeport,’’ ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, kemarin (22/2).
Karena itu, Ani, sapaan Sri Mulyani, berharap masa negosiasi antara PT FI dan pemerintah bisa dimanfaatkan dengan baik. ’’Kami terus berusaha menyampaikan ke Freeport tentang suatu arrangement, suatu pengaturan yang bisa menjaga keberlanjutan ekonominya sendiri. Tapi, kami tetap konsisten dengan aturan UU (Minerba, Red),’’ ungkapnya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menegaskan, pemerintah bakal tetap berpegangan teguh pada UU Minerba 4/2009. Sebab, jika ingin tetap melakukan ekspor konsentrat, PT FI sudah semestinya mengubah status kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Selain itu, harus ada jaminan bahwa penerimaan negara harus lebih baik ke depan. ’’Dalam UU itu diamanatkan, apa pun kontrak yang ditandatangani harus menjamin bahwa penerimaan negara harus lebih baik,’’ imbuhnya.
Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Fahmy Radhi yakin PTFI menghitung ulang rencananya untuk benar-benar melawan pemerintah.
Salah satunya adalah makin merosotnya harga saham McMoRan Copper & Gold Inc di Bursa New York (FCX). Dua tahun lalu, lanjut dia, harga saham FCX masih bertengger USD 62 per saham. Pada perdagangan akhir Desember 2015, harga saham mulai jeblok menjadi USD 8,3 per saham.
’’Januari 2016 jadi USD 3,96 per saham. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kepastian perpanjangan KK dari pemerintah Indonesia,’’ ujarnya.
Juru Bicara PT FI Riza Pratama mengungkapkan, perusahaan akan tetap beroperasi. Kegaduhan yang membuat perusahaan hanya memproduksi konsentrat 40 persen tersebut akan menyesuaikan PT Smelting. ’’Awal Maret nanti, PT Smelting beroperasi. Produksi kami hanya mengandalkan Smelting,’’ pungkasnya. (dee/dim/c16/sof)