Kaget Melihat Surat Tilang Ada Lima Warna
Sebanyak 30 siswa SDN Dukuh Menanggal 1 diajak keliling kota oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya kemarin (22/2). Mereka dikenalkan rambu-rambu lalu lintas, cara menyeberang, hingga tata cara penilangan kendaraan bermotor.
SEJAK pukul 07.30 bus wisata milik pemkot menjemput siswa SDN Dukuh Menanggal 1. Tidak semua siswa yang ikut. Hanya siswa pilihan dari kelas IV dan V yang mendapat kesempatan langka tersebut. Maklum, kapasitas bus terbatas.
Sejak perjalanan mencapai frontage road (FR) A. Yani, siswa mendapat penjelasan mengenai rambu-rambu lalu lintas. Aiptu Muhammad Rikza Firmansyah dari Dikyasa Satlantas Polrestabes Surabaya memandu mereka. Bus berwarna biru terseut berhenti. Titik pemberhentian berada di Halte Bus Wonokromo. Para pengendara yang melanggar markah, tidak memakai helm, dan tidak menyalakan lampu kendaraannya ditilang.
Para siswa SD yang memakai topi oranye itu lantas ditunjukkan surat tilang yang diberikan kepada pelanggar. Ada lima surat. Surat pertama berwarna merah. Surat itu digunakan untuk pelanggar yang ingin mengikuti sidang di pengadilan negeri. Surat berwarna biru ditujukan untuk pelanggar yang ingin membayar tilang melalui bank. Warna kuning menjadi arsip kepolisian, putih diserahkan ke kejaksaan, dan surat tilang warna hijau dipegang pengadilan.
Caroline Magdalena Sutanto, siswi kelas V, menganggut-anggut kala mendengar penjelasan polisi. Dia baru tahu bahwa surat tilang ada lima macam.
Tahunya kalau salah ya ditilang. Ternyata suratnya banyak banget,’’ katanya.
Perjalanan berlanjut ke Gedung Siola. Terdapat sejumlah titik yang dikunjungi di gedung yang dulu bernama White Laidlaw tersebut. Mereka melihat orangorang yang mengantre di Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Surabaya Pusat. Setelah itu, para bocah itu melihat pelayanan kependudukan dispendukcapil di lantai dasar Siola. Setelah mengetahui bagaimana orang dewasa mengantre, mereka berbelok ke kanan.
Di sana terdapat Museum Surabaya. Reza Prasetya bertugas sebagai pemandu museum. Dia mengenalkan seragam yang dipakai petugas pemkot yang tersebar di berbagai dinas. Ada baju satpol PP, pemadam kebakaran, serta baju dinas kebersihan dan linmas. Yang satu ini apa adek-adek?’’ tanya Reza bersemangat. Pocoooong..,’’
teriak anak-anak itu. Mereka lantas tertawa terbahak-bahak. Ngarang. Itu baju untuk petugas laboratorium. Duh,
onok-onok ae arek-arek iki (aduh, ada-ada saja anak-anak ini, Red),’’ ungkapnya.
Reza lantas menjelaskan foto rumah tinggal mantan Presiden Soekarno di Peneleh. Soekarno ngekos di rumah milik H.O.S. Tjokroaminoto. Cinta tumbuh di rumah tersebut. Di sanalah Soekarno dijodohkan dengan anak Tjokroaminoto, Oetari. Aseeeek,’’ ucap mereka tersebut kompak.
Rombongan kemudian menuju ke Command Centre di lantai 2 Siola. Kali ini mereka ditemani Kepala Dishub Irvan Wahyudrajad yang datang menyusul. Irvan menunjukkan ratusan layar CCTV yang bisa diakses di ruangan itu. Dia juga menerangkan bahwa ada banyak instansi yang bekerja sama di ruangan serbaputih tersebut. Ada petugas satpol PP, linmas, dinas kebakaran, dan kepolisian. Setiap laporan ada petugasnya sendiri,’’ jelas mantan Kabid lalu lintas itu.
Para petugas menerima laporan dari warga yang menelepon ke nomor 112. Dari nomor itu, warga bisa melaporkan kebakaran, kecelakaan, banjir, hingga menemukan orang hilang. Kalau temanmu memanjat pohon tidak bisa turun, ya bisa telepon 112,’’ tutur Firman yang berdiri di belakang Irvan.
Mereka tidak berlama-lama di ruangan tersebut. Perjalanan berlanjut ke Jalan Tunjungan. Mereka diajari cara menyeberang yang benar. Jika ada jembatan penyeberangan orang (JPO), pengguna jalan bisa memakainya. Namun, jika tidak ada, pengguna jalan bisa mencari lampu penyeberangan yang memiliki tanda suara. (*/c15/oni)