Surabaya Utara Minim Pemilahan Sampah
SURABAYA – Pengelolaan sampah di Surabaya semakin tertata. Selain tempat pengelolaan sampah akhir (TPSA), pemkot menyediakan rumah kompos dan pusat daur ulang (PDU).
Ada dua PDU yang didirikan pemkot. Yakni, Superdepo Sutorejo dan Jambangan. Pemkot kini gencar menyosialisasikan pemilahan sampah. Tujuannya, pemilahan sudah dilakukan di rumah warga. Tidak perlu menunggu hingga sampah mencapai PDU atau TPSA.
Dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH) telah menyediakan sekitar 400 fasilitator lingkungan. ”Di bawahnya ada lagi kader-kader lingkungan yang tugasnya mengajak warga untuk memilah sampah,” jelas Aditya Wasita, sekretaris DKRTH.
Meski pemilahan sampah di Surabaya sudah mendapat rapor bagus, masih ada kawasan yang belum memilah sampah secara optimal. ” Yang belum banyak ter- pilah rata-rata di daerah utara,” ujarnya. Padahal, sosialisasi sudah dilakukan per kelurahan. Volume sampah di Surabaya didominasi sampah organik. Berdasar data DKRTH, jumlahnya mencapai 60 hingga 70 persen.
Aditya menerangkan, hal tersebut dipengaruhi faktor banyaknya pendatang musiman. Umumnya, pendatang tersebut tinggal sementara atau bahkan hanya melakukan aktivitas di Surabaya. Selebihnya, mereka kembali ke daerah masing-masing. ”Sehingga mereka tidak merasa memiliki daerah ini,” lanjutnya.
Kepala Sub-Bagian Umum DKRTH Wisnu Wibowo menambahkan, banyaknya volume sampah yang belum terpilah di utara disebabkan kepadatan penduduk. Jika dibandingkan dengan kawasan Surabaya lain, wilayah utara termasuk kawasan yang paling padat penduduk. Bentuknya rata-rata berupa perkampungan, berbeda dengan kawasan lain yang banyak ditumbuhi perumahan. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh pada banyaknya unit rumah atau keluarga, tetapi juga akses. ”Terkadang gerobak sampah sulit masuk karena akses yang sempit,” jelasnya. (deb/c6/oni)