Hanya Satu Permintaan: Beri Anak-Anak Vaksin Cegah Kusta
Gamdora. Inilah kampung kecil di Desa Gorua Selatan, Tobelo Utara, yang menampung sejumlah penderita kusta. Pasien kusta dari berbagai daerah di Maluku Utara tampak lebih nyaman hidup di situ ketimbang di kampung halaman sendiri.
GAMDORA dihuni 186 jiwa. Ada 19 rumah warga di kampung seluas 100 x 75 meter tersebut. Agus Salim, tenaga pendamping desa, yang mendampingi Malut Post saat mengunjungi Gamdora menuturkan bahwa saat ini tersisa delapan penderita kusta di Gamdora. Ada yang sudah pindah, ada pula yang sudah meninggal. ”Saat ini salah seorang penderita tengah dibawa ke Makassar karena kakinya harus diamputasi,” ungkapnya Kamis (23/2).
Penderita yang harus diamputasi adalah Sahril Awat dari Kelurahan Gambesi, Ternate. Lalu, ada Siswanto Mahmud dari Desa Ngele-Ngele, Morotai; Rumian Kasim dari Desa Dagasuli, Loloda Kepulauan (Lokep); Rofija Ahmad dari Ibu, Halmahera Barat; Aida Buamona dari Sanana, Kepulauan Sula; Muhammad Bakri dari Dedeta, Lokep; Nursan Sadik asal Desa Gosoma, Tobelo; serta sang Ketua RT Masri Bakri.
Hadirnya penderita kusta di Gamdora berawal dari warga Dedeta yang anakanaknya bersekolah di Tobelo. Agar dapat mengawasi anak mereka, penderita kusta membangun rumah di Gamdora. Seiring berjalannya waktu, makin banyak penderita yang masuk ke Gamdora. Biasanya melalui ikatan perkawinan. ”Di sini, kami tinggal di antara warga lain yang sehat,” tutur Masri yang merupakan ketua RT 10.
Gamdora mulai ramai pascakonflik horizontal 2000 silam. Hebatnya, saat ini kampung tersebut dihuni warga dari berbagai suku dan agama. Warga yang sehat tidak mendiskriminasi para penderita kusta. ”Di sini kami baku kaluar maso rumah dengan orang yang sakit,” cerita beberapa warga.
Meski pengetahuan warga tentang kusta terbatas, mereka tahu pasti bahwa penyakit itu tak mudah menular. Indikatornya gampang. Orang tua yang menderita kusta di Gamdora memiliki anak yang sehat, tak kurang suatu apa pun. Rumah warga yang sehat dan penderita kusta pun berdekatan. Nyaris tak ada sekat. ”Yang sakit orang tua mereka saja. Anakanaknya sehat semua,” tutur warga.
Meski mengidap penyakit yang sulit disembuhkan, para penderita kusta di Gamdora tetap ingin anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang baik. Mereka tetap bekerja seperti orang-orang lainnya. Yakni, menjaring ikan atau menjadi tukang bentor. Hebatnya, tak ada satu pun anak penderita kusta tersebut yang putus sekolah. ”Anak-anak sekolah semua, dari SD sampai kuliah,” ujar Masri.
Tak muluk-muluk keinginan penderita kusta di Gamdora. Meski hingga kini nyaris tak ada perhatian dari pemerintah setempat, sekadar obat-obatan pun nihil. Mereka hanya ingin anak-anak diberikan vaksin pencegahan kusta. ”Dulu ada bule dari Kusuri yang datang kasih obat pencegahan. Tapi, sampai saat ini tidak ada lagi. Puskesmas juga tidak pernah turun ke kampung kami,” tuturnya.
Masri mengaku sudah menghubungi pemerintah daerah agar Gamdora diberikan obat pencegahan. Dia tak ingin orang lain, terutama anak-anak, merasakan penyakit yang dideritanya. ”Tapi tidak direspons Pemkab Halut. Padahal, menyelamatkan generasi yang akan datang menurut kami sangat penting,” terangnya.
Hingga tahun ini, Malut masih tercatat sebagai provinsi dengan penderita kusta terbanyak kedua se-Indonesia. Total ada 551 warga Malut yang menderita kusta. Ternate menjadi kota terbanyak yang mengoleksi kasus kusta di Malut, yakni 109 penderita. Menyusul Halbar 100 penderita dan Halut 99 penderita. (sam/kai/c21/ami)