Jawa Pos

Smart House Banyak Sensor

Kreasi Maba Institut Bisnis dan Informatik­a Stikom

-

SURABAYA – Mahasiswa S-1 Sistem Komputer Stikom Surabaya angkatan 2016 diajak menciptaka­n inovasi baru. Termasuk berkreasi dengan sensor inframerah, suara, suhu, cahaya, dan sensor yang membaca hujan. Tujuannya mewujudkan smart house.

Khusus infrared atau inframerah dimanfaatk­an oleh Firman Rachmanto, Andri Capri Widhiyanto, dan Charisma Dimas Affandi. Para mahasiswa S-1 sistem komputer itu menerapkan­nya untuk membuka dan menutup pintu gerbang.

Firman menyatakan, sensor inframerah yang dipasang di pagar atau tembok gerbang menyorot lurus di sepanjang gerbang. Jika ada benda yang melewati, aliran inframerah akan tersendat atau terhalang. Nah, sensor yang terpotong itu akan membuka pintu gerbang. ”Kalau sensor dapat input, gerbang akan membuka. Lalu, bisa menutup otomatis,” jelasnya.

Dengan begitu, seseorang tidak perlu terburu-buru ke pintu gerbang untuk membuka gerbang. Bahkan, tidak perlu turun dari mobil untuk membuka gerbang. Praktis, efisien. Sensor suara diterapkan Fahmi Andriansya­h untuk memberi perintah menyalakan dan mematikan lampu rumah. Sensor suara itu dikontrol melalui Android. ”Diprogram dulu untuk memasang perintah,” tegasnya.

Saat seseorang bilang on pada ponsel Android yang sudah diprogram, lampu akan menyala secara otomatis. Jika perintah off, lampu akan mati. Cara kerjanya, jelas dia, mengubah sinyal suara dalam bentuk teks. Kemudian, diteruskan sistem dan terbaca oleh software Arduino.

Pengurus Hima Sistem Komputer 2016–2017 Andrea Hartoko menyatakan, penggunaan sensor suara lebih praktis daripada manual. Saat pemilik rumah ke luar kota dan lupa mematikan atau menghidupk­an lampu, bisa dikontrol dari jarak jauh. Meski begitu, ada radius tertentu yang bisa dijangkau. ”Kalau Bluetooth, radiusnya 30 meter. Kalau modul GSM, bisa lebih jauh. Dikembangk­an dengan SMS juga bisa,” katanya.

Sensor suhu berbeda lagi. Suhu ruangan yang terlalu panas bisa diatur sedemikian rupa dengan menggunaka­n sensor untuk bisa menyalakan kipas angin secara otomatis. Demikian juga, suhu yang dingin dapat diatur sehingga kipas bisa mati. Adalah Herlambang Julio yang berkreasi. ”Bisa diterapkan di pabrik atau industri, bahkan di dapur.”

Smart house kurang lengkap tanpa sensor yang membaca air. Saat hujan misalnya. Dengan sensor air seperti yang dibuat Mohammad Rofiq dan Sam Senoaji, seseorang tidak perlu repot mengangkat jemuran.

Sementara itu, rangkaian alat yang membaca cahaya bisa mengatur sinar lampu di rumah. Misalnya, saat cahaya matahari menyorot tajam. Penerangan di rumah otomatis meredup dan mati. ”Kalau malam atau mendung, bisa kembali menyala,” terang Zendi Zakaria Raga. Untuk kreasinya itu, tidak perlu alat kontrol jarak jauh. Cukup dengan cahaya matahari, lampu bisa menyesuaik­an diri untuk menerangi rumah.

Kreasi tersebut, menurut dosen S-1 Sistem Komputer Stikom Surabaya Musayyanah, berkaitan dengan perkembang­an teknologi dan internet of things yang pesat. Bahkan, saat ini device berbasis IT dan terkoneksi internet cukup banyak. (puj/c6/nda)

 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? KOLABORASI: Dosen S-1 Sistem Komputer Stikom Surabaya Musayyanah (empat dari kiri) membimbing mahasiswa baru menerapkan teknologi ke dalam smart house.
AHMAD KHUSAINI/JAWA POS KOLABORASI: Dosen S-1 Sistem Komputer Stikom Surabaya Musayyanah (empat dari kiri) membimbing mahasiswa baru menerapkan teknologi ke dalam smart house.
 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? SENSOR SUARA: Perintah menyalakan dan mematikan lampu dikontrol melalui Arduino.
AHMAD KHUSAINI/JAWA POS SENSOR SUARA: Perintah menyalakan dan mematikan lampu dikontrol melalui Arduino.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia