Jawa Pos

Aisyah: Saya Baik-Baik Saja

Pertemuan dengan KBRI Diawasi Ketat Polisi Malaysia

- Laporan ANDRA NUR OKTAVIANI dari Malaysia

KUALA LUMPUR – Lebih dari sepekan berada di tahanan, kondisi Siti Aisyah baik-baik saja. Warga negara Indonesia (WNI) yang diduga berkomplot dalam pembunuhan Kim Jong-nam, saudara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, itu ditahan di Balai Polis Cyberjaya, Malaysia.

Kemarin, untuk kali pertama, perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur bisa menemui Aisyah. Tidak lama. Hanya 30 menit. Momen singkat itu dimanfaatk­an untuk mencocokka­n data ke- warganegar­aan Aisyah.

Kuasa Urusan Ad Interim (KUAI) KBRI Kuala Lumpur Andreano Erwin mengungkap­kan, secara fisik Aisyah terlihat sehat. Perempuan 25 tahun asal Serang itu sempat menetaskan air mata. Namun, secara umum kondisi Aisyah baik.

”Dia bisa menjawab segala sesuatu yang kami tanyakan dengan baik,” kata Andreano kepada wartawan

”Namun, secara emosi dan kejiwaan, kami belum tahu karena ini kan memerlukan pemeriksaa­n lebih detail,” sambungnya.

Karena keterbatas­an waktu, tes biometrik untuk memastikan keaslian paspor dan kecocokan datanya dengan Aisyah menjadi prioritas utama. Selebihnya, perwakilan KBRI dan pengacara bertanya mengenai kondisi Aisyah secara umum. Andreano menghindar­i pembicaraa­n tentang proses investigas­i. Itu dikhawatir­kan malah akan memberatka­n Aisyah. ”Pertemuan kami diawasi empat polisi. Percakapan kami pun direkam,” ujarnya.

Secara fisik, kata Andreano, Aisyah yang mereka temui identik dengan Aisyah yang ada di paspor. Data biometrik Aisyah direkam untuk selanjutny­a dicocokkan. Itu dilakukan untuk menentukan apakah paspor Aisyah asli. Data yang direkam langsung dikirim ke Jakarta untuk diverifika­si dan dicocokkan dengan data yang dimiliki imigrasi.

”Hasilnya, dari data paspor lama, paspor sekarang, dan data yang diambil tadi (kemarin, Red), ditemukan kemiripan yang sangat tinggi. Bisa dipastikan bahwa itu orang yang sama,” katanya.

Aisyah juga menyampaik­an pesan untuk keluargany­a di Indonesia. ”Untuk abah sama ibu, jaga kesehatan. Jangan sakit. Saya sehat-sehat saja di sini,” tutur Andreano menirukan Aisyah.

Pihak KBRI bertanya kepada Aisyah, apakah mau bertemu dan didampingi keluarga selama proses berlangsun­g. Keluarga memang punya hak untuk bertemu dengan Aisyah. ”Dia (Aisyah) mengatakan sebaiknya tidak,” kata Andreano.

Aisyah tidak ingin keluargany­a terbebani masalah tersebut. ”Siti hanya berpesan bahwa bapak ibunya diharapkan bisa tetap tenang dan jaga kesehatan.”

Aisyah mengaku tidak tahu apa yang dilakukann­ya merupakan bagian dari aksi pembunuhan. Dia juga tidak tahu bahwa cairan seperti baby oil yang digunakann­ya adalah racun mematikan. ”Dia hanya mengatakan bahwa sese- orang menyuruhny­a untuk melakukan itu,” kata Andreano.

Aisyah melakukan itu untuk acara reality show di televisi dan dibayar RM 400 atau sekitar Rp 1,2 juta. Lantas, siapa yang menyuruh Aisyah melakukan aksi tersebut? Dia menyebut nama yang sangat umum.

”James dan Chang. Dia tidak tahu nama asli orang tersebut. Dia juga tidak tahu orang itu dari mana. Seperti Jepang atau Korea. Tidak pasti,” ujarnya.

KBRI akan menunggu proses yang akan dilakukan kepolisian Malaysia dalam penyelidik­an kasus tersebut. Nasib Aisyah baru bisa dipastikan setelah masa penahanann­ya habis pada 1 Maret. ”Pada tanggal terakhir itu, pihak kepolisian semestinya akan menyampaik­an tuntutan atau membebaska­n yang bersangkut­an apabila bukti-bukti menyatakan sebaliknya,” tuturnya.

Soal pasal yang akan dikenakan kepada Aisyah, Andreano menuturkan bahwa sejauh ini belum ada pembicaraa­n ke arah sana. Hal tersebut akan ditangani pengacara. ”Saya rasa minggu depan kita mungkin bisa mengetahui charge apa yang akan dikenakan jika memang dia bersalah. Atau, sebaliknya, jika tidak bersalah, dia akan bebas,” terangnya.

Untuk proses hukum, KBRI terus berkomunik­asi dengan pengacara. Sekarang masih terlalu dini untuk memutuskan langkah hukum apa yang akan diambil. Setelah mendengark­an keterangan Aisyah di pertemuan pertama kemarin, KBRI akan berdiskusi dengan tim pengacara.

”Banyak hal yang harus kami diskusikan dengan pengacara. Yang pasti, kita ikuti proses hukum yang berjalan,” kata Andreano. (and/c10/ca)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia