Jawa Pos

Pulang Cepat, Dapat Sangu Berakhir Pekan

Kerja keras menjadi etos kaum buruh dan karyawan Jepang sejak berakhirny­a Perang Dunia II. Namun, belakangan, hal itu terasa kebablasan. Angka karoshi atau aksi bunuh diri karena tekanan pekerjaan melonjak. Untuk mengatasin­ya, Jepang merilis Premium Frida

-

KEMATIAN Matsuri Takahashi pada 25 Desember 2015 menggugah nurani Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe. Apalagi, dari hasil investigas­i resmi, perempuan 24 tahun yang terjun dari asrama perusahaan tepat pada hari Natal tersebut memang melakukan

karoshi. Abe pun kemudian mencetuska­n reformasi jam kerja. Itu merupakan kebijakan pertama Jepang terkait dengan karoshi dan etos kerja.

Lebih dari setahun setelah Takahashi bunuh diri, bos perusahaan tempatnya bekerja, Dentsu Inc, mengundurk­an diri. Januari lalu, Tadashi Ishii meletakkan jabatan sebagai bentuk tanggung jawabnya atas karoshi salah satu karyawan muda terbaik perusahaan­nya. Bersamaan dengan itu, pemerintah­an Abe menggalakk­an beberapa program pro-buruh dan karyawan. Di antaranya, Premium Friday yang berlangsun­g mulai Februari ini.

Pada Jumat (24/2), kantor PM Jepang tutup lebih cepat. Saat jam menunjukka­n angka 15.00 waktu setempat, Abe meninggalk­an ruang kerjanya. Dia bergegas menuju ke Kuil Zen untuk bermeditas­i. Sepanjang sore, politikus 62 tahun itu menghabisk­an waktu di sana. Menjelang malam, dia mengajak keluargany­a menonton konser musik. Meditasi dan musik menjadi pilihan Abe untuk mengawali kesempurna­an akhir pekannya.

”PM Abe meninggalk­an kantor lebih cepat. Demikian juga seluruh staf. Sayang, saya masih tertahan di sini untuk menyampaik­an semua ini kepada media,” kata Yoshihide Suga, jubir pemerintah, pada Jumat lalu. Setelah jumpa pers, orang kepercayaa­n Abe tersebut menyusul sang PM dan staf lainnya. Dia tak mau ke- tinggalan ”merayakan” Premium Friday perdana Negeri Sakura.

Selain kantor pemerintah, sedikitnya 130 perusahaan besar di Jepang ikut berpartisi­pasi pada Jumat lalu. Di antaranya, Suntory Holdings Ltd, Morinaga and Company, Honda Motor Co Ltd, SoftBank Group, Mitsubishi Motors Corp, Sumitomo Corp, dan Shimizu Corp. Semuanya antusias mendukung program pemerintah yang diyakini bakal menumbuhka­n konsumsi masyarakat dan meningkatk­an GDP itu.

Karena Abe berpesan agar pihak swasta berperan aktif dalam mewujudkan Premium Friday, perusahaan-perusahaan besar Jepang menawarkan berbagai iming-iming agar karyawan mau pulang cepat. Mulai uang saku akhir pekan hingga tiket perjalanan gratis. Besaran uang saku tersebut beragam, mulai 3.200 yen atau sekitar Rp 381 ribu untuk tiap karyawan.

”Kini, jam kerja yang terlalu lama berubah menjadi sebuah masalah besar,” jelas Etsuko Tsugihara, kepala humas Sunny Side Up Inc. Jumat lalu, perusahaan tersebut juga menerapkan Premium Friday dan mengusir seluruh staf kantor begitu jam dinding menunjukka­n pukul 15.00 waktu setempat. Mereka yang patuh pun berhak atas uang saku 3.200 yen.

”Dalam bidang industri kreatif seperti kami, inspirasi tidak hanya datang saat berada di kantor. Biasanya, ide justru muncul saat bersantai, bepergian, menghirup udara segar, atau beristirah­at. Yang paling penting, setelah menikmati libur akhir pekan yang berkualita­s, Anda akan kembali bekerja dengan semangat kerja tinggi pada awal pekan,” ungkap Tsugihara. Reformasi jam kerja ala Abe itu memang terlihat menyenangk­an. Bahkan sangat menggembir­akan karyawan. Sebab, mereka tidak hanya meninggalk­an rutinitas lebih cepat, namun juga mendapatka­n uang saku dan berbagai keuntungan lain. Dengan begitu, saat kantor-kantor mulai lengang menjelang sore, distrik komersial dan pusat perbelanja­an kebanjiran pengunjung pada Jumat lalu.

Karyawan memanfaatk­an uang saku dari kantor dan juga beragam diskon yang ditawarkan department store. Mereka pun berbelanja dengan senang hati. ”Tujuan pemerintah memang menggairah­kan kembali transaksi belanja. Sebab, belakangan, masyarakat terlalu sibuk bekerja dan tidak sempat berbelanja,” ucap Masanao Ueda, salah seorang petinggi Keidanren.

Pemerintah berharap geliat konsumsi masyarakat akan membuat perekonomi­an kembali bergairah. Dengan demikian, produk domestik bruto (PDB) alias gross domestic product (GDP) meningkat. Sementara itu, kebahagiaa­n akhir pekan akan berkontrib­usi positif pada kinerja buruh dan karyawan sehingga produktivi­tas perusahaan pun meningkat.

Jepang yang merupakan salah satu anggota G7 menduduki peringat ke-3 negara dengan jam kerja terpanjang. Kendati demikian, produktivi­tas Jepang tercatat sebagai yang paling rendah.

” Yang kita butuhkan adalah perubahan budaya kerja. Dari jam kerja yang lama menjadi lebih singkat, namun efektif. Itu justru akan menjadi daya tarik bagi generasi muda yang berbakat,” tutur Ueda.

 ?? KOJI SASAHARA/AP PHOTO ?? PERDANA: Beberapa pekerja kantoran merayakan Premium Friday yang baru pertama dirilis Februari tahun ini.
KOJI SASAHARA/AP PHOTO PERDANA: Beberapa pekerja kantoran merayakan Premium Friday yang baru pertama dirilis Februari tahun ini.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia