Seribu Orang Dukung De Lima
MANILA – Penangkapan Senator Leila de Lima pada Jumat pagi (24/2) memantik protes massa. Kemarin (25/2) sedikitnya 1.000 orang turun ke jalan. Mereka memadati ruas jalan utama Kota Manila dan memprotes Presiden Rodrigo Duterte karena memerintahkan penang kapan senator perempuan tersebut.
”Kami menganggap serius aksi penangkapan ini. Masyarakat harus waspada karena ancaman fasisme semakin nyata,” kata Bonifacio Ilagan, salah seorang pemimpin aksi protes, di halaman markas besar (mabes) Kepolisian Nasional. Kemarin, kabarnya, De Lima masih berada di kantor polisi tersebut. Setelah dijemput polisi dari tempat persembunyian di kantor Senat pada Jumat pagi, De Lima lantas ditahan.
Begitu senator 57 tahun itu masuk mobil polisi, publik langsung protes. Massa pendukung De Lima yakin mantan menteri kehakiman tersebut ditangkap karena tidak lelah mengkritisi Duterte. Dengan menangkap De Lima, pemerintah berharap bisa membungkam oposisi yang terus-terusan menentang perang antinarkoba ala presi den 71 tahun itu. Namun, De Lima bersumpah untuk tetap melawan Duterte.
”Ada presiden yang sepertinya akan menerapkan kembali hukum perang dan terang-terangan mendukung pembunuhan ribuan orang,” papar De Lima dalam pesan tertulis yang disampaikan dari balik sel tahanan. Dia juga menyebutkan, jumlah korban tewas akibat perang antinarkoba Duterte dalam tujuh bulan terakhir setara dengan korban kediktatoran Ferdinand Marcos selama 14 tahun.
Ilagan menyatakan, cara Duterte membungkam kekritisan De Lima itu mengingatkannya pada mendiang Marcos. Saat Marcos memerintah Filipina dengan tangan besinya pada 1970-an, dia sempat dua tahun mengalami penganiayaan di penjara. ”Perang antinarkoba sudah melahirkan budaya kesewenang-wenangan,” katanya. Dia khawatir, Duterte pun akan menjadi Marcos baru di Filipina.
Duterte yang menjabat sejak Juni lalu pernah menyebut Marcos sebagai salah seorang presiden terbaik Filipina. Tahun lalu dia bahkan mengizinkan keluarga Marcos memakamkan jasad sang diktator di Taman Makam Pahlawan Kota Manila. Keputusan itu memantik protes luas. Hingga kemarin, kelompok anti-Marcos masih terus menuntut pemerintah untuk menggali kubur suami Imelda tersebut.
Menandingi aksi massa pro-De Lima, para pendukung presiden pun menggelar unjuk rasa. Mereka menunjukkan dukungan kepada Duterte dengan turun ke jalan. Maka, tiga unjuk rasa pecah bersamaan di Manila. Yakni, demonstrasi pro-De Lima, pro-Duterte, dan anti-Marcos. Aksi yang terakhir itu digelar untuk memperingati People Power yang sukses menumbangkan Marcos tepat 31 tahun lalu.