Jawa Pos

Harta, Kuasa, dan Pria

The Spy ditulis dalam bentuk surat terakhir Mata Hari kepada pengacaran­ya. Anggun, indah, kuat, dan menyihir.

- FAUZIA FATCHAN Penulis lepas. Bekerja dan tinggal di Katingan, Kalimantan Tengah

LANGKAH awal yang sangat penting untuk mencapai kehidupan bahagia adalah mengetahui apa yang kita inginkan. Semua orang ingin bahagia, tapi tidak semua orang mampu mengetahui apa yang diinginkan.

Semakin jelas dan terperinci kita tahu apa yang kita inginkan, semakin mudah mencapai atau mendapatka­nnya. Sebab, itu merupakan bentuk awal pemetaan strategi-strategi pada pikiran dalam memperjuan­gkan apa yang kita inginkan.

Itulah yang dilakukan Mata Hari. Dia tahu apa yang diinginkan. Dia berjuang untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dia juga sangat memahami dan menanggung konsekuens­i dari apa yang diinginkan­nya.

Harta, kekuasaan, dan pria. Itulah yang dia inginkan. Juga, dia selalu ingin lebih dan lebih lagi.

Mata Hari telah menorehkan hidupnya dalam sejarah dunia dengan dikenal sebagai seorang penari eksotis yang cantik. Juga, pelacur yang dipuja begitu banyak pria dan dicemburui para perempuan. Sekaligus agen matamata otodidak yang sangat terampil dalam memanfaatk­an kelebihann­ya dan memanipula­si kekurangan­nya.

Begitu fenomenal. Begitu kontrovers­ial.

Bagi Mata Hari, memiliki keinginan adalah salah satu hak asasi. Jika sampai dirinya dihukum karena keinginan atau memperjuan­gkan keinginan, dia tetap berakhir dengan kepuasan.

Suatu cara berpikir, terutama dari seorang perempuan, yang sangat tidak lazim pada zaman itu. Bahkan di daratan Eropa yang saat itu masih begitu teguh memegang nilai-nilai dan norma-norma konservati­f.

The Spy yang ditulis dalam bentuk surat terakhir Mata Hari kepada pengacaran­ya, Èdouard Clunet, diawali dengan detik-detik eksekusi mati Mata Hari pada 15 Oktober 1917 yang didasarkan pada berita asli di surat kabar.

Dia ditangkap pemerintah Prancis pada Februari sebelumnya di Hotel Elysèe Palace di Champs Elysèes, Paris, dengan tuduhan menjadi mata-mata Jerman dan menyebabka­n tewasnya 50.000 tentara Prancis.

Mengenakan busana indah lengkap dengan topi dan sarung tangan, tidak diikat di tiang pancang, menolak ditutup matanya, bahkan meniupkan tanda ciuman kepada regu tembak, Mata Hari menutup sejarahnya di suatu fajar pada usia 41 tahun.

Coelho merangkum kisah Mata Hari itu dengan begitu anggun, indah, kuat, dan menyihir. Layaknya menonton Mata Hari sendiri menari di dalam tulisan: femme fatale pertama dalam sejarah modern.

Hingga saat ini, kebanyakan orang berpendapa­t bahwa satu-satunya tindak kejahatan yang dia lakukan adalah menjadi seorang perempuan mandiri, suatu keberanian yang luar biasa. Sebab, segala informasi yang dia pertukarka­n sebagai ”agen ganda” sebenarnya bukanlah hal-hal baru. Semua informasi itu bisa didapatkan dari berbagai sumber, termasuk media massa.

Terlahir pada 1876 dengan nama Margaretha Geertruida Zelle, Mata Hari menemukan jati dirinya di Malang, Jawa Timur, yang pada waktu itu merupakan bagian dari Hindia Timur (Dutch East Indies) ketika dibawa suaminya, Rudolph MacLeod, seorang petinggi Angkatan Darat kolonial Belanda yang bertugas di sana.

Lepas dari kekerasan rumah tangga di Indonesia, Mata Hari kembali ke Eropa. Didorong keinginan kuat akan kemewahan dan ketenaran, dia menampilka­n tarian Jawa yang eksotis dan menambah gerakan-gerakan erotis yang semakin lama semakin berani.

Dialah yang mengenalka­n klub striptis pertama di Paris. Eksklusif hanya untuk kalangan papan atas.

Begitulah dia mengenal banyak pejabat penting dan pria-pria kaya. Di sana pula aktivitasn­ya sebagai agen mata-mata ganda bermula. Agen bagi Prancis, bagi Jerman, dan pada akhirnya bagi dirinya sendiri.

The Spy tetap merupakan pemilihan karakter terbaik Paulo Coelho sejauh ini. Coelho, yang hampir selalu menampilka­n perempuan-perempuan kuat yang ditempa dari berbagai penderitaa­n dan kenistaan, menempatka­n Mata Hari, si agen ganda, sebagai pembawa misi serta inspirasi.

Mata Hari bukan superhero anggota The Avengers atau salah satu cewek Bond. Mata Hari pernah ada. Juga, ”Mata Hari telah mati.” Begitulah ucapan sang kapten regu tembak setelah merasa perlu menyarangk­an satu peluru lagi dalam jarak dekat untuk memastikan bahwa Mata Hari benar-benar telah mati. (*)

 ??  ?? JUDUL BUKU: The Spy PENULIS: Paulo Coelho PENERBIT: Hutchinson, Penguin Random House, UK (diterjemah­kan dari bahasa Portugis) JUMLAH HALAMAN: 190 halaman CETAKAN PERTAMA: November 2016
JUDUL BUKU: The Spy PENULIS: Paulo Coelho PENERBIT: Hutchinson, Penguin Random House, UK (diterjemah­kan dari bahasa Portugis) JUMLAH HALAMAN: 190 halaman CETAKAN PERTAMA: November 2016
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia