Jawa Pos

Melawan ”Kutukan” Manahan

-

SOLO – Mengenakan kaus oblong biru gelap dengan motif corak putih, dipadu dengan kacamata bening berbingkai hitam, membuat Aji Santoso terlihat santai saat mengikuti jumpa pers di sebuah hotel di Solo kemarin siang (25/2). Rambutnya yang dipotong tipis dibalur gel sehingga terlihat basah.

Pelatih Arema FC yang datang dengan didampingi Hanif Abdurauf, salah seorang pemain muda tim berjuluk Singo Edan, itu tidak sedikit pun tampak tegang. Padahal, malam nanti mereka harus menjalani laga berat melawan Sriwijaya FC dalam babak 8 besar Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo.

Berat karena yang akan mereka hadapi adalah tim paling produktif di Torabika Soccer Championsh­ip (TSC) 2016. Dengan pelatih dan mayoritas pemain tidak berubah, ketajaman Laskar Wong Kito –julukan Sriwijaya– tidakak berkurang di Piala Presiden 2017. ” Semuamua pemain nkakami sudah ah siap un- tuk me- menangkan pertanding­an besok (hari ini, Red). Saya kira, ini akan menjadi pertanding­an yang sangat seru dan berlangsun­g ketat,” kata Aji tentang laga malam nanti.

Konfidensi Aji itu tentu saja punya fondasi kuat. Kalau Sriwijaya adalah tim paling produktif di TSC, Arema merupakan tim yang paling sedikit kebobolan di ajang yang sama.

Soliditas pertahanan itu masih bisa dipertahan­kan Singo Edan di Piala Presiden kali ini kendati dua palang pintu mereka, Hamka Hamzah dan Goran Gancev, hengkang.

Duet Arthur Cunha dan Bagas Adi Nugroho tampil meyakinkan sepanjang fase grup. Arema yang hanya kebobolan sekali pun sukses menjadi juara dengan memenangi tiga laga yang dijalani.

Aji juga tak menganggap ber- sahabatnya Manahan dengan Sriwijaya sebagai faktor yang bakal merugikan timnya. Di Manahan, dalam tujuh laga, Sriwijaya selalu menang. Termasuk tiga kali melawan Arema di berbagai ajang.

”Saya tidak pernah percaya hal semacam itu. Apalagi, kondisi tim juga sudah berubah,” katanya.

Aji pun berencana bermain terbuka dengan formasi 4-3-3 sejak awal pertanding­an. Bagi dia, cara terbaik melawan tim yang ofensif seperti Sriwijaya ya harus dengan bermain ofensif pula.

Tapi, tentu keseimbang­an harus dijaga. Aji bersyukur bahwa kuartet lini belakangny­a –Syaiful Indra Cahya, Arthur Cunha, Bagas Adi Nugroho, dan Johan Alfarizi– bisa diturunkan.

Sebab, yang akan mereka hadapi adalah salah satu penyerang terbaik yang bermain di Indonesia saat ini, Beto Goncalves. Beto termasuk tipe striker yang lengkap. Kuat bola bawah dan atas serta tangguh dalam bertarung fisik.

Kepercayaa­n diri Arema yang tengah melambung itu justru disyukuri pelatih Sriwijaya FC Widodo Cahyono Putro. Menjadi underdog, kata mantan penggawa tim nasional seangkatan Aji itu, justru bisa membuat pasukannya bermain lepas.

”Kami underdog. Tapi, kami tidak akan berkecil hati,” ucapnya.

Sriwijaya lolos ke delapan besar hanya berbekal status runner-up. Cuma sekali menang dari tiga laga. Namun, Sekretaris Sriwijaya FC Achmad Haris berharap sejarah manis Manahan yang selalu berpihak kepada Sriwijaya bisa berlanjut. ”Secara materi dan semangat pemain, kami tak kalah dari Arema. Ditambah ’tuah’ dari Manahan, mudah-mudahan kami bisa lolos ke semifinal,” katanya tanya. (ben/

c10/ c10/ttg)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia