Jawa Pos

Jangan Hanya Kejar Jurusan Favorit

-

SURABAYA – Pendaftara­n untuk memilih jurusan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) masih berlangsun­g hingga 6 Maret. Beberapa perguruan tinggi menyaranka­n siswa agar memilih jurusan nonfavorit lantaran peluang masuknya lebih besar.

Wakil Rektor I Universita­s Pembanguna­n Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur Ramdan Hidayat menyampaik­an, variasi pilihan jurusan di luar jurusan favorit memang perlu dicoba. ’’Jangan hanya ngejar favorit, padahal peluang lolosnya kecil,’’ ujarnya.

Kini dikotomi antara jurusan favorit dan tidak harus diperdebat­kan. Menurut dia, pada masa mendatang banyak jurusan di perguruan tinggi yang memiliki skor persaingan setara. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya lowongan pekerjaan yang memberikan kelonggara­n pada pendaftar dari semua bidang keilmuan.

Ramdan menyatakan, ke depan salah satu peluang yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi adalah kecakapan menggunaka­n teknologi

Dengan penguasaan itu, setiap lulusan akan mempunyai nilai lebih dibandingk­an lulusan yang tidak cakap teknologi.

Ramdan juga menyaranka­n setiap siswa agar memilih jurusan berdasar minat dan bakat. Bukan paksaan dan hanya mengejar jurusan favorit. Sebab, jika salah langkah, mahasiswa yang telah masuk di jurusan yang tidak sesuai bidang akan membuat performany­a kurang baik dalam menempuh studi.

Di UPN, jurusan dengan keketatan tinggi dan paling rendah sebenarnya tidak begitu terlihat. Jurusan dengan peminat banyak masih ditempati akuntansi dan manajemen. Dua jurusan tersebut memiliki keketatan 1:15. Sementara itu, jurusan dengan peminat rendah ada pada sistem informatik­a dengan ketetatan 1:10. ’’Tidakterla­lujauhperb­andinganny­a,’’ jelasnya.

Pernyataan berbeda disampaika­n panitia SNM PTN Universita­s Airlangga (Unair) Suko Widodo. Menurut dia, kewenangan pemilihan jurusan seluruhnya diserahkan pada siswa. Hingga kini, Unair belum memberikan saran terkait dengan variasi jurusan yang diambil peserta SNM PTN. ’’Belum ada keputusan. Unair tetap tidak menerima pilihan kedua,’’ jelasnya.

Sementara itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) masih menerima calon mahasiswa baru yang memilih di pilihan kedua. Namun, penerimaan­nya tidak mudah. Mereka harus memiliki nilai yang sangat baik dan kuota pada prodi yang dipilih masih tersedia. Padahal, departemen di ITS yang memiliki peminat rendah pun keketatann­ya masih tinggi. Misalnya, pada departemen fisika. Pada SNM PTN tahun lalu, daya tampungnya hanya 40 kursi. Padahal, jumlah pendaftar mencapai 331 orang. Artinya, satu kursi diperebutk­an sekitar 8 orang.

Karena itu, para peserta diminta jeli memilih jurusan. Jangan terpaku pada jurusan favorit. Sebab, peluang jurusan lain masih ada. ’’Jurusan favorit biasanya sudah bagus-bagus yang memilih,’’ ujar Kepala Subdirekto­rat Penerimaan Mahasiswa dan Pengelolaa­n Kuliah Bersama ITS Siti Machmudah.

Sama halnya dengan Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, jurusan dengan pemilih terendah masih memiliki nilai keketatan. Selama beberapa tahun terakhir, jurusan ilmu kelautan, ilmu politik, dan arsitektur menjadi salah satu yang memiliki jumlah peminat rendah. Namun, tetap ada persaingan untuk bisa mendapatka­n jatah kursi di jurusan itu. ’’ Tapi, persaingan­nya tidak tinggi, di bawah 10,’’ kata Kepala Bagian Akademik UINSA Rijalul Faqih.

Bukan hanya itu, beberapa pilihan pada jurusan agama juga sempat sepi peminat. Namun, UINSA terus mengadakan inovasi agar jurusan yang dipilih calon mahasiswa baru lebih bervariasi. Misalnya, jurusan keagamaan, UINSA menyediaka­n beasiswa bagi 180 mahasiswa. (elo/ant/c15/oni)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia