LUKA BISA LEBIH PARAH
LEICESTER – Keputusan Leicester City memecat Claudio Ranieri menghadirkan pro dan kontra. Tapi, sekarang lupakan itu. Ada tugas berat untuk melepaskan diri dari jerat zona degradasi tanpa pelatih berjuluk Tinkerman tersebut di sisi lapangan. Mampukah Leicester menjawab tantangan itu?
Sekarang tim itu berada di posisi ke-18 klasemen sementara Premier League. Juga menjadi juara bertahan terburuk dalam sejarah Premier League. Situasinya akan lebih sulit kalau Leicester gagal mengatasi Liverpool di King Power dini hari nanti WIB (siaran langsung MNCTV/beIN Sports 1 pukul 03.00 WIB).
Tidak hanya berupaya melepaskan diri dari jerat degradasi, Wes Morgan dkk juga harus membuktikan bahwa mereka lebih baik tanpa Ranieri. Sebab, tim berjuluk The Foxes itu memecat pelatih terbaiknya sepanjang sejarah. Satu-satunya pelatih yang memberikan gelar Premier League.
Parahnya lagi, ada andil sejumlah pemain senior dalam pemecatan itu. Beberapa pemain ditengarai mengadu kepada owner klub agar Ranieri dipecat. ”Sebagai sebuah tim, kami terluka. Klub pun terluka,” ucap kiper Leicester Kasper Schmeichel ketika diwawancara BBC Radio 5 Live.
Schmeichel satu di antara empat pemain yang disebut sebagai ular dressing room di Leicester. Selain dia, ada Morgan, Jamie Vardy, dan Marc Albrighton. Dalam situs resmi klub, Craig Shakespeare sebagai karteker menegaskan bahwa persoalan di balik Ranieri dan kontroversi pemecatannya tidak mengganggu fokus timnya.
”Kami harus memastikan bahwa kami masih mampu kembali ke jalur kemenangan. Lalu, dengan apa caranya, saya akan memikirkannya pagi ini. Fokus kami adalah harus mendapatkan tiga poin Senin malam (waktu setempat, Red),” kata pria yang sudah enam tahun berada di jajaran kepelatihan Leicester itu. Dia sadar bahwa luka bisa lebih parah kalau kalah.
Dengan mepetnya waktu, kecil peluang mengubah taktik atau starter. Prioritas Leicester saat ini, menurut Shakespeare, adalah mengembalikan konfidensi skuadnya setelah pemecatan Ranieri. ”Kepercayaan diri bisa cepat hilang, tapi juga bisa kembali dengan cepat. Saya akan coba kembalikan itu secepatnya,” kata Shakespeare.
Salah satu caranya, dia menekankan bahwa mereka juga pernah mengalahkan Liverpool. Pada musim lalu The Reds –julukan Liverpool– takluk 0-2 di King Power melalui dua gol Vardy. Itu kemenangan pertama Leicester atas Liverpool di era Premier League. Di tempat yang sama Leicester pun mengalahkan Manchester City musim ini.
City takluk 2-4 oleh Leicester pada 11 Desember lalu. Belajar dari pengalaman itu,
Liverpool Philippe Coutinho sebagaimana dikutip meminta rekan setimnya tidak meremehkan Leicester. ”Musim lalu mereka tim juara. Jadi, mereka punya kualitas yang bagus, banyak pemain bagus pula di sana,” ujarnya.
Satu hal yang perlu dilakukan Jordan Henderson dkk demi menghindari kejutan di King Power adalah memperbanyak
ke pertahanan Leicester. Sebab, faktanya, tiga di antara lima gol kebobolan terakhir Leicester berawal dari lemahnya pertahanan mengantisipasi bolabola
Terutama yang diawali serangan dari sisi kanan pertahanan. Danny Simpson bertanggung jawab di posisi itu. ”Setiap laga Premier League selalu punya faktor kesulitan. Semua tim sudah menyiapkan diri dan kami seharusnya juga sudah siap untuk itu,” lanjut Coutinho, yang bakal dengan Simpson.
Melawan Leicester, papar Coutinho, harus disamakan dengan melawan Tottenham Hotspur. Sebelum dua pekan, Liverpool bisa menumbangkan Spurs 2-0 di Anfield (12/2). ”Berikan 100 persen di lapangan dan lakukan hal yang sama dengan yang pernah dilakukan saat melawan Tottenham,” ucap dia.
Namun, Liverpool harus berkaca. Leicester kini berada di posisi ke-18. Pada musim ini Liverpool sudah empat kali kalah, semuanya diperoleh dari klub di luar sepuluh besar. Itu dimulai dari Burnley, lalu Bournemouth, Swansea City, dan Hull City. Leicester juga punya kans melanjutkan tren tersebut. (ren/c11/ham) CRAIG SHAKESHAKESPEAREESPEARE JUERGEN KLOPP