Kesempatan Kedua bagi Gasperini
La Dea Konsisten di Zona Eropa
BERGAMO – Bandara Internasional Il Caravaggio dipenuhi setidaknya lima ribu tifosi Atalanta di Bergamo kemarin (26/2). Mereka mengeluelukan kedatangan Alejandro ’’Papu” Gomez dkk diiringi teriakan ’’Kami akan memenangi liga tahun ini’’.
Atalanta yang tertinggal 15 poin (51-66) oleh capolista Juventus dengan sisa 12 giornata masih bisa memenangi Serie A. Tapi, itu secara matematis, bukan realistis. Lagi pula, teriakan tifosi Atalanta sejatinya bukan dimaksudkan untuk scudetto, melainkan sekadar penyemangat bagi Papu dkk.
Semangat bagi tim asuhan Gian Piero Gasperini untuk meraih tiket ke ajang Eropa musim depan. La Dea –julukan Atalanta– memiliki asa tersebut seiring masih konsisten berada di zona Europa League sejak Oktober lalu. Bahkan, sukses mempermalukan Napoli 2-0 di San Paolo kemarin (26/2) membuat Atalanta mencicipi empat besar kali pertama musim ini.
Posisi yang bisa lebih lama ditempati Atalanta seandainya Inter Milan gagal mengalahkan AS Roma dini hari tadi (27/2). Bahkan, gap antara Atalanta dan Napoli sebagai peringkat ketiga atau posisi terakhir di zona Liga Champions hanya berselisih tiga poin. ’’Saya kira Juventus, AS Roma, dan Napoli masih berada di atas (zona Liga Champions, Red). Kami sudah bangga bisa berada di level yang sama dengan Inter, Lazio, dan AC Milan (di zona Europa League, Red),’’ kata Papu kepada Kemenangan Atalanta atas Napoli kemarin memang mengejutkan kalau parameternya tim tamu bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke-67. Itu terjadi setelah Frank Kessie menerima kartu kuning kedua. Tapi, tiga menit berselang, bek Mattia Caldara malah mencetak gol keduanya bagi La Dea setelah gol pertama pada menit ke-28.
Namun, mengingat Atalanta juga pernah mengalahkan Napoli 1-0 dalam pertemuan pertama di kandang sendiri (2/10), kejutan mungkin juga bukan kata yang tepat. ’’Kami melihat rekaman video saat kami memenangi pertemuan pertama,” jelas Papu.
Capaian sukses Atalanta sejauh ini tentu tak bisa lepas dari sosok Gasperini. Sebagai tim yang tak diperhitungkan (peringkat ke-13 musim lalu), Gasperini menyulap Papu dkk sebagai kuda hitam.
Dengan sepak terjang yang diperlihatkan sejauh ini, tampil di ajang Eropa musim depan bukan sesuatu yang mustahil bagi Atalanta. ’’(Berlaga di) Eropa adalah mimpi dari fans yang coba kami pelihara dari pekan ke pekan,” tutur Gasperini kepada Mediaset Premium.
Gasperini memang menghindari besar kepala duluan. Pengalaman saat menangani Genoa (2013–2016) menjadi pelajaran berharga. Pada musim 2014–2015, Genoa yang finis keenam di Serie A seharusnya lolos ke Europa League. Tapi, Genoa gagal berlaga di Eropa karena tidak memenuhi lisensi dari UEFA. ( dra/ c17/ dns)