Rasanya seperti Tidak Berlari
Perkenalan Danny Dreyer dengan seni bela diri kuno Tiongkok, tai chi, tidak hanya membuatnya tetap bugar ketika mengikuti berbagai event lari. Namun, dari seni pernapasan yang sudah berusia 800 tahun tersebut, Dreyer menemukan sebuah metode berlari yang ”
SEJAK diajarkan secara resmi pada abad ke-12, tai chi mendapat tempat yang sangat luas di dunia. Jika pada awalnya merupakan mekanisme pertahanan diri, kini tai chi menjadi jujukan mereka yang ingin hidup sehat.
Seperti itulah pemahaman Danny Dreyer ketika mengambil kelas tai chi pada 1998 silam. Namun, saat itu, Dreyer begitu tergila-gila dengan lari sejak memutuskan berpartisipasi di sebuah lomba trail running, tiga tahun sebelumnya.
Saat itu, Dreyer iseng menggabungkan kelas tai chi dengan hobi berlarinya. Hasilnya? ”Aku seperti tidak berlari!” katanya kepada Jawa Pos.
Dreyer mengungkapkan, selama 22 tahun berkarir di dunia lari, dirinya tidak hanya melahap 10 km hingga maraton (42 km). Malahan, Dreyer juga cukup sering mencatatkan namanya di event ultra marathon atau yang memiliki jarak di atas 42 km, ditambah dengan rintangan berupa gunung-gunung.
Tentu, dengan variasi event yang diikuti, tubuh Dreyer mengalami kelelahan sehingga kakinya sangat rentan cedera. Namun, ketika mencoba memasukkan tai chi ke dalam latihan berlari, langkahnya lebih ringan dibanding biasanya. ’’Badan tidak cepat letih. Malah, napas juga terasa lebih panjang dan lebih lega,” tutur pria kelahiran San Francisco tersebut.
Itulah yang membuat Dreyer yakin metode ciptaannya bakal mengubah jagat lari. Namun, sejak menemukan metode yang dinamakan ChiRunning 1998, Dreyer baru berani untuk mengajarkannya setahun berselang.
Saat itu, murid pertama Dreyer adalah sebuah kelompok yang mengikuti maraton. Siapa sangka, hingga kini, dia sudah berkelana menjelajahi bumi ini demi memopulerkan ChiRunning.
Lalu, apa yang membedakan ChiRunning dengan berlari biasa? Dreyer menjelaskan, kekuatan utama ChiRunning terletak pada pergerakan manusia dari dantian (pusat energi chi manusia). Selama ini, ketika berlari, para pelari selalu melangkahkan kaki lebih dulu.
Cara tersebut dianggap tidak efektif. Sebab, meletakkan kaki di depan tubuh sama saja dengan menantang gravitasi. Menantang gravitasi membuat tubuh harus mengeluarkan energi ekstra untuk mengimbanginya. Dampaknya, tubuh bakal berada dalam fatigue atau tingkat kelelahan yang luar biasa. ” Tak pelak, runner bisa terserang bermacam cedera, terutama di lutut atau engkel,” ujar ayah dari anak semata wayang bernama Journey Dreyer, 17, tersebut.
Nah, ketika menggunakan metode ChiRunning, pelari bakal memusatkan dantian-nya ke depan. Atau dengan kata lain, menjatuhkan tubuh dengan lembut ke depan dan mengikuti arah gravitasi. Kaki, dalam metode ini, hanya digunakan untuk menyelaraskan tubuh. ”Jadi, kecepatan Anda ditentukan dari gravitasi, bukan kekuatan Anda sendiri,” paparnya.
Dengan cara tersebut, kecepatan pelari bakal bertambah secara signifikan tanpa perlu melakukan usaha yang sangat keras.
Lebih lanjut, sejak memulai pengajaran 18 tahun silam, sudah puluhan kota di dunia dia singgahi. Seperti seminarnya baru-baru ini di sebuah restoran di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat dua pekan lalu (10/2). Kemudian, Dreyer melanjutkannya dengan mengajar di Bali. ”Musim panas ini, aku bakal mengajar di New York, Massachusetts, dan berbagai tempat lainnya,” kata pria blasteran Amerika-Tionghoa tersebut. (apu/c17/tom)