TERURAI SETELAH 4 ABAD
KEBUTUHAN plastik diperkirakan semakin bertambah setiap tahun seiring tingginya konsumsi masyarakat. Hal ini perlu diwaspadai karena 6-8 persen plastik yang diproduksi industri tidak mengalami pengolahan kembali ( recycle), alias terbuang.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Budi Susanto mengungkapkan, konsumsi plastik akan terus bertambah seiring dengan tingginya kebutuhan masyarakat. Pada 2016, produksi plastik nasional mencapai 5,1–5,2 juta ton dan tahun ini diperkirakan 5,5 juta ton. ’’Sampah plastik yang terbuang (tidak terolah kembali) diperkirakan mencapai 300–400 ribu ton per tahun,’’ terangnya.
Dia menilai Jabodetabek menjadi penyumbang terbesar sampah plastik karena konsumsinya sekitar 40 persen dari total produksi nasional. Budi menegaskan bahwa permasalahan sampah plastik tidak terletak pada materialnya, melainkan perilaku membuang sampah dan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi. ’’Komitmen kami tetap mendukung
zero waste melalui edukasi buang sampah pada tempatnya,’’ paparnya.
Lantas, bagaimana soal produksi plastik organik yang gampang terurai? Budi menilai secara teknologi produksi plastik organik sudah bisa diterapkan walau masih sangat terbatas. Sayangnya, harganya belum bisa mendekati harga plastik degradable. ’’Kita masih terus melakukan upaya agar harga plastik organik lebih murah sehingga ekonomis bagi konsumen,’’ tuturnya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( LHK) Siti Nurbaya menambahkan, pengelolaan sampah plastik harus dimulai dari masyarakat. Sebab masyarakat yang menjadi konsumen pertama plastik industri untuk berbagai hal. ” Sumber utama sampah 48 persen berasal dari rumah tangga dan 24 persen dari pasar tradisional, sisanya dari kegiatan perkantoran dan lain- lain,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan daya urai plastik yang lama menjadikannya sebagai sampah yang berbahaya. Diperkirakan sampah plastik baru bisa terurai dengan tanah setelah beberapa abad. ”Plastik berbahaya karena tidak bisa terurai ketika berada di alam dan diperkirakan mengurainya butuh waktu 400 tahun,” kata Siti.