Biaya Pengelolaan Terlalu Murah
MENGURANGI sampah plastik yang terbuang ke laut tidak bisa dilakukan secara sporadis, tetapi harus menyeluruh hingga ke masyarakat sebagai pengguna plastik. Sebab, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah plastik pada tempatnya masih sangat rendah.
Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association (InSWA) Ir Sri Bebassari Msi mengungkapkan, plastik merupakan penemuan teknologi dunia modern yang memiliki banyak manfaat. Sayang, kesadaran untuk membuang sampah plastik pada tempatnya belum tinggi. ’’Bukan hanya plastik, apa pun sampahnya bisa jadi masalah kalau dibuang dengan tidak benar,’’ ujarnya.
Apalagi, pengelolaan TPA (tempat pembuangan akhir) sampah belum optimal. Menurut Sri, biaya pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat murah. ’’Standarnya, per rumah tangga membayarkan iuran sampah Rp 100 ribu–Rp 200 ribu per bulan. Tapi, nyatanya sekarang masih banyak yang hanya Rp 15 ribu per bulan,’’ ungkapnya.
Akibat minimnya anggaran tersebut, hampir di setiap sudut kota gampang ditemukan sampah menggunung. Di sisi lain, banyak TPA yang belum memiliki unit pengolahan sendiri alias dibuang begitu saja (open dumping). Setiap TPA idealnya menyiapkan biaya operasional Rp 200 ribu per ton. Saat ini rata-rata hanya Rp 30 ribu per ton. ’’Anggaran sampah dari APBD atau APBN sangat kecil,’’ jelasnya.
Di Singapura, lanjut Sri, penggunaan plastik sangat tinggi. Namun, tidak ada masalah. Sebab, masyarakatnya selalu membuang sampah dengan bijak. Sistem pengelolaan sampahnya juga berjalan baik. ’’Sampah plastik di- recycle beberapa kali, lalu dibakar lebih dulu untuk menjadi sumber energi. Setelah menjadi abu, baru dibuang ke TPA,’’ terangnya.
Sri pun meminta industri pengguna plastik lebih aktif memberikan edukasi tentang penggunaan dan cara membuang plastik yang tepat. Sebab, masyarakat Indonesia perlu mengubah budaya membuang sampahnya. ’’Masih harus diedukasi terus-menerus agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama plastik,’’ tandasnya.