Tak Ada Jejak Tertinggal, Polisi Sulit Lacak Maling Cagar Budaya
Jumlah cagar budaya di Kabupaten Katingan terus menurun, terutama patung sapundu. Penyebabnya apa lagi kalau bukan ulah maling yang ’’sadar’’ akan mahalnya nilai seni ukir tradisional masyarakat Dayak tersebut.
PADA Kamis (23/2), patung sapundu berukuran besar di Desa Tumbang Lahang, Kecamatan Katingan Tengah, Kasongan, raib. Padahal, sapundu itu berusia ratusan tahun.
Sapundu di Desa Tumbang Lahang memang sering menjadi sasaran pencurian. Sejatinya, ada puluhan sapundu yang berusia lebih dari ratusan tahun di lokasi tersebut. Namun, kini yang masih berdiri kukuh hanya tujuh sapundu. Selebihnya habis dijarah si tangan panjang.
’’ Yang saya ingat, pada 2008 ada satu yang hilang. Waktu itu, Sandung Besar Desa Tumbang Lahang belum dipagari,’’ jelas juru pelihara Sandung Besar Desa Tumbang Lahang Mihing Antang, 74. Ternyata, setelah Sandung Besar dipagari, tetap saja ada pencurian. ’’Pada 2016 dan 2017 juga terjadi (pencurian, Red),’’ katanya.
Pencurian sapundu memang gilagilaan. ’’Di luar wilayah Sandung Besar, semua sudah habis dicuri. Tinggal yang di Sandung Besar ini,’’ ungkap Mihing.
Tiga bulan sebelumnya, di Desa Te lok, juga ada satu sapundu yang lenyap. Kemudian, sekitar 2015, se buah meriam peninggalan Belanda pada masa penjajahan juga hilang di Kecamatan Sanaman Ma ntikei. Meriam tersebut disimpan di sam ping kuburan pejuang yang pernah menggunakan senjata sulut ledak itu.
Maraknya aksi pencurian benda bersejarah mendapat perhatian serius dari jajaran Polres Katingan, khususnya Polsek Katingan Tengah. ’’Anggota sudah turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan. Mudah-mudahan bisa ditemukan titik terang untuk mengungkap kasus pencurian benda bersejarah ini,’’ ucap Kapolsek Katingan Tengah AKP Wahono.
Dia mengakui, mengungkap kasus pencurian cagar budaya tidak mudah. Selain jumlah saksi, informasi yang diterima pihaknya minim. ’’Bahkan, di TKP, kami sama sekali tidak menemukan bekas-bekas atau jejak yang tertinggal. Ini menyulitkan kami untuk melacak pelaku. Namun, kami tetap berupaya,’’ tegasnya.
Wahono curiga pencuri situs budaya tersebut adalah orang yang sama dengan pencuri situs budaya di tempat lain. ’’Kecurigaan kami, mereka ini satu komplotan,’’ tuturnya. (ang/c23/ami)