Gabbiadini Terlahir Kembali
ANDAI gol pertamanya tidak
bisa saja Manolo Gabbiadini membuyarkan jalan Manchester United memenangi Piala Liga (EFL Cup) kemarin dini hari WIB (27/2). Namun, dua golnya cukup jadi sinyal bahwa dirinya sudah bukan Gabbiadini yang dulu di Napoli, melainkan Gabbiadini yang terlahir kembali.
Dari Gabbiadini yang hanya mencetak lima gol dalam 19 kali penampilan bersama Napoli, berubah jadi Gabbiadini dengan lima gol dari tiga kali penampilan di Southampton. Bahkan, tiga gol pertama di Premier League dia cetak hanya dalam dua laga pertamanya. Satu gol ke gawang West Ham (4/2), dua gol yang lain ke gawang Sunderland (11/2).
Gabbiadini pun jadi pemain Soton pertama yang mencetak gol di dua laga pertama Premier League-nya sejak Henri Camara pada 2005. ’’Awal yang bagus baginya (Gabbiadini),” puji pelatih Soton Claude Puel sebagaimana dilansir Daily Mail (21/2).
Apa rahasia adaptasi cepat ala Gabbiadini tersebut? Ya, dengan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 di Soton, Puel mengembalikan Gabbiadini sebagai striker murni. Di Soton, tugasnya cuma mencetak gol. Dia cukup berdiri sejajar dengan bek lawan, tanpa berpikir turun ke belakang.
Itu yang harus dilakukannya saat di Napoli musim lalu. Di bawah arahan Maurizio Sarri, Napoli bermain 4-3-3. Di Napoli, Gabbiadini lebih sering dimainkan sebagai sayap kanan. Ma- salahnya, Sarri dalam permainannya lebih mengharuskan pemain sayap untuk rajin mundur membantu pertahanan.
Itu yang tidak dialami pemain bernilai Rp 232,2 miliar tersebut saat Napoli berada di bawah asuhan Rafael Benitez pada musim 2014–2015. Di bawah asuhan Benitez, Gabbiadini mencetak 11 gol dari 30 kali penampilan, terbaik sepanjang karirnya. Berbeda saat Partenopei –julukan Napoli– di tangan Sarri dengan di tangan Benitez.
”Manolo mampu menunjukkan bahwa dirinya pemain yang memiliki kemampuan teknis di antara dua lini permainan. Dia cerdik di belakang bek lawan dan punya kemampuan yang nyata,” ujar Puel. (ren/c17/ham)