Jawa Pos

Penguasaan Bola Bukan Segalanya

-

TERIAKAN lantang sering terdengar saat Persebaya Surabaya melangsung­kan latihan rutin. Iwan Setiawanla­h pemilik suara lantang tersebut. Pria asal Medan itu kerap gemas jika ada pemain yang terlalu lama menahan bola dan tidak merespons cepat dengan mengirim umpan ke wilayah pertahanan lawan.

’’Sudah bukan zamannya mengagung-agungkan penguasaan bola. Apalagi kalau ujung-ujungnya tetap kalah,’’ kata Iwan soal alasan dirinya melarang pemainnya terlalu lama menahan bola.

Apalagi, lanjut dia, jika tim tengah membangun serangan balik setelah berhasil menggagalk­an tekanan dari lawan, penguasaan bola sudah tidak lagi berguna. Dalam situasi semacam itu, pemain harus segera mengalirka­n bola ke depan. Itulah yang mengilhami lahirnya filosofi defense-counter ala Iwan.

’’Kalau kita telat sepersekia­n detik saja (untuk melakukan counter) dan malah memilih ball possession dulu, habis sudah. Singkatnya, membunuh atau terbunuh,’’ tegas Iwan.

Hal itu membuat pelatih 48 tahun tersebut memilih menerapkan formasi 4-2-3-1 untuk Mat Halil dkk. Selain 4-23-1, Iwan kadang menerapkan an formasi 4-3-1-2. Namun, menurut dia, dari sisi keseimbang­an, formasi 4-23-1 lebih cocok diterapkan.

’’ Faktor lainnya adalah kerapatan antarlini di formasi 4- 2- 3- 1 sangat bagus,’’ jelas pelatih 48 tahun tersebut.

Jika bisa berjalan optimal,al, formasi 4-2-3-1 sangat menguntung­kan ketika membangun serangan balik kilat. Dua bek sayap bisa overlappin­g membantu peran dua winger yang diplot untuk melakukan penetrasi ke kotak penalti lawan. Sementara itu, satu gelandang serang di belakang penyerang juga bisa bergerak liar menanti atau menjadi penyuplai bola matang ke ujung tombak. Peran paling sentral dalam formasi tersebut terletak di dua gelandang jangkar. Sebab, salah satu gelandang berperan sebagai otak serangan balik, sedangkan satunya lagi jadi penghambat utama seranganse­ra lawan. ’’ Pos untuk itu ( pemutus perta pertama serangan pertama law lawan) ada di diri Ical (Abu Riz Rizal) dan Sinema ( Sidik Saimima). Sedangkan Awal ( Ridwan Awaludin) dan Sadikun (Misb ba khus Solikin) merupak pakan sosok bagus sebagai papar pelatih yang membawa PBFC kampiun Divisi Utama ( sekarang Liga 2) 2014 tersebut. Meski begitu, Iwan tidak antipati terhadap ball possession atau penguasaan bola. Menurut dia, penguasaan bola juga penting saat pasukannya menghadapi kebuntuan untuk menembus pertahanan lawan. ’’Tapi, harus efektif dan efisien. Jangan menari-nari dan bangga dengan persentase penguasaan bola yang besar, tapi keok di pertanding­an,’’ ungkapnya.

Selain filosofi dan strategi bermain, yang tidak kalah penting adalah membangun karakter tim. Fakta tersebut menjadi salah satu alasan Persebaya memilih Iwan. Menurut Manajer Persebaya Choesnoel Farid, karakter Iwan hampir sama dengan ciri khas permainan Green Force, julukan Persebaya. Yakni, pantang menyerah. Selain itu, ilmu kepelatiha­n Iwan turut menjadi pertimbang­an.

Sebagaiman­a diketahui, selain sudah mengantong­i lisensi A AFC, Iwan pernah tiga bulan di Belanda untuk mengikuti kursus kepelatiha­n dan berhasil mengantong­i sertifikat dari Asosiasi Sepak Bola Belanda ( KNVB). ’’ Kami ingin mengom binasikan tipikal Persebaya yang selalu ngotot berpadu dengan permainan cerdas. Dan, kami percaya Iwan bisa mengakomod­asinya,’’ kata Farid. (io/c15/bas)

 ??  ?? deep lying playmaker,’’
deep lying playmaker,’’

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia