Jawa Pos

Sulit Lupakan Memori 1988

-

BANYAK trofi yang sudah diraih Mustaqim saat masih aktif sebagai pemain. Namun, bagi Mustaqim, juara perserikat­an bersama Persebaya Surabaya pada musim 1987–1988 adalah trofi yang paling berkesan. Mustaqim lalu menerawang memori 29 tahun silam. Ketika itu, dalam final yang berlangsun­g di Senayan (kini Stadion Utama Gelora Bung Karno) pada 27 Maret 1988, Persebaya berhasil mengalahka­n Persija Jakarta dengan skor 3-2. Mustaqim ikut menyumbang satu gol di laga tersebut. Gol itu dianggap sebagai salah satu gol terbaiknya. Sebab, gol yang tercipta di masa perpanjang­an waktu itu menjadi gol penentu kemenangan Green Force-julukan Persebaya.

”Saat kali pertama memutuskan untuk menjadi pemain bola, ambisi pertama saya adalah bisa menjadi bagian dari Persebaya,” katanya. ”Jadi, ketika bersama pemain lain sukses membawa Persebaya juara perserikat­an (1988, Red), rasa senang pun berlipat. Sebab, saya tak sekadar bergabung. Tetapi juga punya kontribusi membawa tim kebanggaan sebagai kampiun,” ujar pria asli Surabaya itu.

Menurut Mustaqim, Persebaya adalah belahan jiwanya. Karena itu, dia merasa galau ketika Persebaya ”menghilang” selama empat tahun dari kompetisi sepak bola nasional. Hal itu berdampak pada aktivitas pembinaan pemain-pemain muda. ”Saya prihatin. Seharusnya sudah banyak pemain hebat yang lahir selama empat tahun terakhir ini. Tapi, semua menjadi terbengkal­ai,” ucapnya sedih.

Mustaqim berharap manajemen baru bisa segera mengembali­kan masa kejayaan Persebaya. ”Setelah lama vakum, warga Surabaya saat ini haus sepak bola dan haus gelar. Persebaya harus bisa menjawab dahaga itu,” harap pria yang kini menangani PS TNI tersebut. ”Persebaya itu punya nama besar. Semua orang yang ada dalam tim harus bisa mengimbang­i nama besar tersebut. Suatu saat, saya juga ingin terlibat di dalamnya,” timpalnya. (ben/c16/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia