Jawa Pos

Nama Besar Jadi Taruhan

Bagi masyarakat Surabaya, siapa yang tak kenal nama-nama semacam Seger Sutrisno, Muharom Rusdiana, Maura Hally, dan M. Nurkiman. Mereka adalah bintang lapangan hijau yang pernah membela Persebaya Surabaya dengan segala prestasi.

-

KINI nama-nama tersebut meneruskan pengabdian di Green Force. Bukan sebagai pemain, melainkan pelatih. Ya, mereka kini menjabat pelatih kepala klub internal yang berlaga di kompetisi amatir Persebaya. Lantas, apa saja sebenarnya yang ingin mereka capai?

Seger Sutrisno, gelandang serang Persebaya di era ’80-an akhir dan ’90-an awal, kini melatih klub Indonesia Muda (IM). Keinginan melatih IM didasari alasan yang sederhana: ingin mengabdi untuk klub tempat dia belajar. Ya, pria 51 tahun tersebut merupakan jebolan IM se belum menjadi andalan Green Force. ’’Bagi saya, ini sebuah kewajiban,’’ katanya.

Selain itu, dia ingin membawa klub yang berdiri sejak 1930 tersebut meraih prestasi lagi di kompetisi internal. Seger pernah dua kali membawa IM menjuarai kompetisi internal saat menjadi pemain. Dia pun ingin melengkapi capaiannya dengan menjadi pelatih. ’’Kembalinya Persebaya memuluskan niat mengabdi saya,’’ imbuh pemegang lisensi pelatih C nasional tersebut.

Lain halnya dengan Muharom Rusdiana. Karir kepelatiha­nnya dimulai sejak dia gantung sepatu pada 1993. Tercatat, Muharom pernah melatih Suryanaga U-15, klub internal Persebaya TEO, klub internal Persida Roket, Persida Sidoarjo, dan Untag Rosita.

Muharom menuturkan, tidak semua orang diberi keistimewa­an untuk bisa melatih seperti dirinya. Dia siap melatih klub mana pun, baik di Untag Rosita, Persebaya, maupun kampung-kampung. ’’ Yang terpenting, saya bisa menularkan ilmu. Kalau tercapai, itu merupakan suatu kepuasan bagi saya,’’ ungkap Muharom.

Dalam melatih, Muharom sangat mementingk­an dasar-dasar bermain bola. Dia berpendapa­t, ketika tahu dasar-dasar yang benar, pemain sepak bola dapat menularkan ilmunya kepada orang lain. ’’Kalau misal ada pemahaman bola boleh lewat tapi orang tidak itu kan salah,’’ ujar bapak tiga anak tersebut.

Pengalaman Muharom menjadi bek kanan Persebaya juga sangat membantu ketika dirinya kini melatih sebuah tim. Dia tahu persis bagaimana posisi pemain yang benar saat ditekan dan menyerang. ’’Sejak dini harus diajari. Yang saya wariskan kepada anak-anak pertama dari passing.’’

Hal senada disampaika­n Maura Hally. Mantan gelandang bertahan Persebaya itu merasa wajib untuk menyalurka­n ilmu-ilmu sepak bola yang dimiliki. Agak berbeda, Hally sudah lama tidak terlalu berkutat pada sepak bola.

’’Saya sibuk bekerja di PDAM. Begitu saya pensiun tahun lalu, saya sudah tahu bahwa sepak bola adalah jalan saya,’’ terang pemegang lisensi pelatih B nasional tersebut.

Tahun ini untuk kali pertama pemain Persebaya era ’80-an itu kembali melatih TEO. Di klub milik Velix Nicholas tersebut, pria kelahiran Malang, 30 Juni 1960, itu ingin membagikan ilmunya. ’’Saya ingin sekali anak-anak muda kita yang senang sepak bola bisa berkembang menjadi pemain profesiona­l. Sepak bola di era modern ini mengalami perkembang­an pesat. Itu tantangan bagi saya,’’ tambahnya.

Hal sedikit berbeda dinyatakan M. Nurkiman, yang melatih Bintang Timur. Gelandang serang Green Force era ’90-an tersebut sebenarnya ingin mengabdi untuk Indonesia Muda. Namun, pemilik IM Saleh Hanifah mengingink­annya melatih Bintang Timur –klub lain milik Saleh juga.

Menerima tawaran dari Saleh adalah sebuah tantangan bagi Nurkiman. Sebab, Bintang Timur berisi pemain kelas dua dari IM. Pemain Bintang Timur yang moncer akan ditarik membela IM. ’’Jelas perlu usaha lebih untuk memoles pemain muda. Tapi, saya tekankan pada anak-anak bahwa mereka (IM) sama seperti kita,’’ ujarnya.

Dengan sederet pengalaman mereka sebagai pemain, siapakah pelatih yang menjadi panutan? Semuanya menyatakan bahwa Rusdy Bahalwan adalah sosok yang paling diteladani. Rusdy merupakan pelatih yang membawa Persebaya menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia pada 1997. ’’Almarhum (Rusdy, Red) selalu memberi kesempatan kepada pemain muda untuk unjuk gigi. Ketegasan dan kedisiplin­an beliau sangat memengaruh­i cara saya melatih,’’ jelas Nurkiman.

Lantas, apakah ada beban dalam melatih klub internal dengan status mereka sebagai mantan pemain Persebaya? Muharom, Hally, dan Nurkiman justru menikmati aktivitas yang satu itu. Namun, tidak demikian Seger. Dia merasakan ada sedikit beban melatih klub sekelas IM.

’’ Ya, karena nama saya jadi taruhannya. IM kan terkenal telah melahirkan banyak pemain ternama. Dari IM, banyak pemain yang menjadi andalan untuk Persebaya. Saya juga termotivas­i menyumbang pemain untuk Persebaya, bahkan timnas kita,’’ kata Seger. Keempatnya pun kompak ingin memoles pemain menjadi profesiona­l. (dit/rpd/c19/tom)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia