Eks Galatama Juga Mewarnai
BUKAN hanya mantan-mantan pemain Persebaya yang menjadi juru taktik di tim-tim internal Persebaya. Mantan pemain profesional di era Galatama juga ikut mewarnai. Dua di antaranya Agus Sarianto dan Yanto Imam.
Agus adalah bekas pemain klub legendaris Niac Mitra (1984–1990) dan Mitra Surabaya (1991–1992). Setelah pensiun sebagai pesepak bola, pria 52 tahun itu menjadi editor foto di Jawa Pos. Namun, kerinduannya kepada lapangan sepak bola tak bisa dibendung.
’’Akhirnya, saya putuskan untuk melatih klub-klub amatir. Saya ambil ujian lisensi pelatih. Dan, rasanya senang kembali ke lapangan,’’ ujar pelatih klub El Faza itu.
Mengapa Agus memilih mela- tih sebuah klub internal Persebaya? Tawaran untuk memoles dan membentuk pemain muda sangat sulit ditolak. Dia ingin menjadi bagian dari pembinaan pemain muda di Indonesia. ’’Di Surabaya, kompetisi internal sangat penting untuk pemain muda. Karena mereka membutuhkan sebuah wadah yang bisa menambah jam terbang dan mental mereka,’’ kata pemilik lisensi B nasional tersebut.
Agus pernah mengantarkan putra Indonesia ke Prancis dalam Danone Nations Cup 2007. Meski tidak meraih juara, itu merupakan sebuah kebanggaan baginya untuk menjadi pelatih pada ajang U-12 tersebut. ’’Waktu itu, skuad berisi pemain terba- ik dari masing-masing klub internal Persebaya,’’ ujarnya.
Selanjutnya, Yanto Imam adalah mantan pemain Pusri Palembang, Gelora Dewata, dan Persik Kediri. Dia kini melatih klub Al Rayyan. Yanto pernah bekerja di bank swasta. Namun, dia tidak betah dan memilih fokus sebagai pelatih sepak bola. ’
Dengan segala pengalaman sebagai bek kanan, dia berbagi ilmu kepada anak asuhnya di Al Rayyan. Melakukan pembinaan pemain muda, bagi dia, sangat menyenangkan. ’’Anak buah saya yang sudah menjadi pemain profesional adalah Muchlis Hadi dan Fatchurohman,’’ imbuh pria yang akrab disapa Japok itu. (dit/c19/tom)