Jawa Pos

Pendaftar Bidikmisi Harus Jujur

-

SURABAYA – Calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu tetap bisa melanjutka­n studi ke perguruan tinggi melalui jalur bidikmisi. Saat ini perguruan tinggi negeri sudah menentukan kuota untuk calon mahasiswa bidikmisi. Panitia seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) mengajak calon mahasiswa bidikmisi mengisi data diri dengan jujur.

Panitia SNM PTN Universita­s Airlangga (Unair) Suko Widodo mengimbau para siswa yang mendaftar program beasiswa bidikmisi untuk mengisi data secara benar. Bantuan dana pendidikan itu harus tepat sasaran. Harapannya bisa membantu siswa kurang mampu untuk melanjutka­n ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah lolos seleksi SNM PTN, pihak kampus akan memverifik­asi kebenaran data yang diserahkan oleh siswa. Suko menyatakan, ada tim verifikasi yang khusus diterjunka­n ke lapangan. ”Tidak hanya melihat kondisi rumah, tapi juga mencari informasi dan kroscek dari tetangga sekitar,” ujarnya

Begitu juga para siswa. Pagi itu, sekitar pukul 07.00, seluruh siswa dikumpulka­n di halaman sekolah. Para guru berusaha tegar saat mengumumka­n berita duka tersebut kepada ratusan peserta didik. Mereka pun tak kuasa menahan tangis. Setelah menggelar doa bersama, seluruh siswa kelas I hingga V terpaksa dipulangka­n untuk belajar di rumah. Kecuali siswa kelas VI. Mereka masih diwajibkan masuk lantaran ada kegiatan tryout serentak jenjang SD.

Sebagaiman­a diberitaka­n, kecelakaan itu terjadi saat keluarga besar SDN Jimbaran Wetan pelesir dalam rangka perpisahan beberapa orang. Yang pertama adalah Suwandi, kepala SDN Jimbaran Wetan yang dimutasi ke SDN Jimbaran Kulon. Lalu Pudji Hariono, guru agama, yang memasuki masa pensiun. Ternyata, perpisahan itu untuk selamanya.

Selain itu, yang turut meninggal adalah Zurroh, kepala sekolah yang sedianya menggantik­an Suwandi. Lalu, ada Ria Resbara (guru honorer) dan Ega Nanda Hafasida (siswa kelas IV C yang juga anak Khuzaini Afifah, guru SDN Jimbaran Wetan). Korban lain adalah Ica Susilawati, anak Suwandi.

Petaka itu terjadi karena bus Solaris Jaya nopol K 1677 CB yang mereka tumpangi terjun ke jurang sedalam 10 meter di Banaran, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmang­u, Karanganya­r, pada Minggu.

Lantaran suasana berduka, Hadi Prayitno, guru SDN Popoh, turut membantu mengondisi­kan SDN Jimbaran Wetan. Meskipun tidak ada perintah dari kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo maupun kepala UPTD Dikbud Kecamatan Wonoayu. ”Saya datang ke sini untuk mengondisi­kan suasana di sekolah saja. Inisiatif sendiri. Sebab, sebagian besar guru menjadi korban kecelakaan maut,” kata pria yang juga anggota Komite SDN Jimbaran Wetan itu.

Hadi menyatakan, seluruh siswa sudah dikumpulka­n untuk belajar di rumah. Kebijakan itu dibuat hanya untuk sementara hingga kondisi di sekolah stabil. Itu juga sesuai instruksi kepala UPTD Dikbud Kecamatan Wonoayu.

Sementara itu, seluruh siswa kelas VI tetap masuk dan menjalani tryout hingga Rabu (1/3). ”Hari ini (kemarin, Red) siswa kelas I–V pulang. Besok (hari ini, Red) kami masih belum mengetahui,” ujarnya.

Ya, hampir seluruh guru di SDN Jimbaran Wetan ikut dalam kegiatan pelesir ke Tawangmang­u. Dari total 23 guru di sekolah tersebut, hanya tujuh guru yang tidak bergabung. Salah seorang di antaranya adalah Dwi Sulistio Rini.

Perempuan 25 tahun tersebut mengatakan, saat itu sejatinya dirinya ingin ikut pelesir bersama guru-guru lain. ”Awalnya, saya mau ikut. Tetapi, ayah saya melarang,” ungkapnya saat ditemui di ruang guru kemarin.

Rini mengaku akan menikah pada 6 April. Karena itu, orang tuanya melarang dia untuk bepergian jauh-jauh. Dia tidak menyangka bahwa perjalanan wisata tersebut justru membawa duka. ”Padahal, teman baik saya, Ria, juga akan menikah pada 13 April. Saya benarbenar shock,” ujarnya.

Rini masih shock dengan kabar kecelakaan tersebut. Sebelum rombongan berangkat, dia sempat mengantar kado untuk Suwandi dan Zurroh sebagai kenangkena­ngan. Saat itu seluruh siswa pun ikut berkumpul di halaman sekolah dan bersalaman dengan para guru. Termasuk dia. ”Yang saya ingat itu Pak Suwandi. Selama beliau menjabat kepala SDN Jimbaran Wetan, saya sangat akrab sekali,” tutur Rini.

Tetapi, ada yang berbeda saat itu. Dia melihat Suwandi seperti tak acuh kepadanya. Rini mengatakan ingin meminta maaf karena tidak bisa ikut dalam kegiatan lepas kenal kepala sekolah. Alasannya, dia mempersiap­kan pernikahan. Namun, Suwandi hanya mengulurka­n tangan dan melenggang begitu saja tanpa menatap wajahnya. ”Dia hanya bilang, ’ Ya wis, Nak, urusana sing arep nikah,’” ujarnya.

Selama ini, Suwandi tidak pernah marah kepadanya. Bahkan, Suwandi terbilang sosok yang paling baik dan pengertian. Itulah yang membuat seluruh guru di SDN Jimbaran Wetan enggan melepaskan ketika Suwandi dimutasi ke SDN Jimbaran Kulon. ”Bu Zurroh juga baik. Pak Suwandi juga baik sekali. Itu sebabnya dibikin acara lepas kenal,” ujarnya.

Kabar duka yang diketahui melalui pesan di grup WhatsApp tersebut membuat kaget guruguru lain. Saat kejadian, Rini pun berupaya menghubung­i Suwandi. Tapi tidak bisa. Beberapa guru lain pun coba dia hubungi. Hasilnya juga nihil. Bupati Ketati Prosedur Pelesir

Senin dini hari (27/2), cahaya biru dan kuning saling bersahutan di area Puskesmas Wonoayu, Jalan Raya Wonoayu. Cahaya itu berasal dari mobil patwal, mobil patroli Polsek Wonoayu, serta ambulans yang diparkir di sisi jalan dan halaman parkir. Menyamarka­n raut muka sedih perwakilan keluarga korban kecelakaan Tawangmang­u.

Sekitar pukul 00.15, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah tiba dan langsung melangkahk­an kaki menuju ruang pertemuan puskesmas. Di sepanjang jalan menuju ruang pertemuan dari area parkir, perwakilan warga menyambutn­ya dengan isak tangis dan jabat tangan.

Dia tak sendiri kala itu. Selain ditemani Wakil Bupati Nur Ahmad Syaifuddin, ada segenap perwakilan SKPD lain yang merasa bertanggun­g jawab atas kecelakaan itu. Misalnya, Sekda Djoko Sartono, Ketua DPRD Sidoarjo Sullamul Hadi Nurmawan, Kabag Umum Pemkab Ari Suryono, Plt Asisten Pemerintah­an sekaligus Kabag Hukum Heri Soesanto, dan Sekretaris Dikbud Sidoarjo Tirto Adi.

Setiba di ruang pertemuan, rombongan Saiful menyampaik­an duka mendalam. Mereka berdiskusi banyak hal dengan para perwakilan korban. Termasuk mengenai santunan yang secara pribadi diberikan Saiful.

Selain itu, bupati mencermati laporan kecelakaan tersebut. Dalam laporan, ada dua dugaan kuat penyebab kecelakaan. Yakni, sopir yang lalai dan kondisi kendaraan. Bisa jadi, sopir capek sampai teledor. ’’Kalau nanti terbukti sopir yang salah, kita harus legawa dan serahkan sama polisi. Tapi, kalau nantinya terbukti rem bus yang blong, kita akan perketat uji kir,’’ jelasnya

Tahun lalu misalnya. Tragedi yang sama menimpa aparatur desa Kecamatan Sukodono saat berwisata ke Bandung. Enam orang tewas dan belasan lainnya luka berat. Berkaca dari setiap kejadian itu, dia berjanji mempertega­s urusan uji kendaraan bermotor. ’’Nanti akan kita buat lebih tegas dan disiplin lagi,’’ tuturnya.

Pertemuan antara pemkab dan korban itu dilakukan sembari menunggu kiriman jenazah dari Karanganya­r tiba ke Puskesmas Wonoayu. Sekitar 1,5 jam lamanya.

Sekitar pukul 01.30, rombongan ambulans pembawa jenazah tiba. Enam ambulans pembawa enam jenazah datang beriringan dengan kawalan patwal dan tim BNPB Karanganya­r. Takbir menyambut jenazah sebelum akhirnya diturunkan ke dalam puskesmas dan didoakan bersama. Kesedihan tergambar pada setiap wajah wakil keluarga. Terutama Suyadi, saudara ipar almarhum Suwandi.

Sesaat setelah jenazah Suwandi diturunkan, mata Suyadi memerah. Namun, dia berusaha tetap tegar sembari mendoakan jenazah Suwandi. Kepada Jawa Pos, dia menuturkan bahwa segenap anggota keluarga Suwandi terpukul dan belum bisa tenang. Kondisi demikian membuat suasana keluarga rapuh. Sebab, keluarga itu kehilangan dua anggota. Yakni, Suwandi dan Ica Susilawati.

Suwandi memang tidak sendiri dalam perjalanan itu. Dia ditemani Ica, anaknya, dan Agustin Indah, istrinya. Iin, panggilan akrab Agustin Indah, merupakan tenaga pengajar di SDN Sukodono 1. Dalam kecelakaan tersebut, Iin selamat. Meski begitu, dia mengalami patah tulang berat dan sempat tak siuman. Saat berita ini ditulis, dia masih dirawat.

Suyadi memastikan jenazah Suwandi dan Ica, kemudian mendoakan dua kerabatnya itu. Perwakilan keluarga lainnya melakukan hal serupa. Bupati lantas memimpin doa sebelum peti jenazah putih itu dikirim ke rumah duka masing-masing.

Sebelum pulang, Saiful Ilah berencana memperbaik­i aturan perjalanan wisata bagi pelajar atau aparatur sipil Sidoarjo ke luar kota. ’’Nanti kami rapatkan dengan dinas yang berhubunga­n tentang aturanatur­an wisata ke luar kota bagi pelajar,’’ terangnya.

Seiring dengan perginya rombongan bupati, petugas kemudian memindahka­n enam peti jenazah putih itu ke tiap-tiap ambulans menuju rumah duka masingmasi­ng. (ayu/jos/c19/dos)

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ??
DIPTA WAHYU/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia