Jawa Pos

Pelukan Itu Selamatkan Bocah 2,5 Tahun

-

PARA pelayat terus berdatanga­n ke rumah Habibul Muntolib di Desa Sumberejo, Wonoayu. Rumah itu berjarak 200 meter dari balai desa. Mereka menyampaik­an belasungka­wa atas meninggaln­ya Ega Nanda, 10, anak pertama Habibul Muntolib, yang turut menjadi korban dalam kecelakaan di Tawangmang­u itu.

Muntolib memilih tidak banyak bicara

Begitu juga Khuzaini Afifa, istrinya. Mata Afifa terlihat sem bap. Di beberapa bagian wajah nya, juga masih tampak lebam- lebam. Luka itu disebabkan benturan keras di dalam minibus setelah terjeremba­p ke jurang. Perban juga masih membalut kaki dan tangannya. Afifa lebih banyak duduk. Tatapan matanya kosong. Sesekali dia menahan sakit.

Saat petaka itu terjadi, Muntolib duduk di sisi kiri bersama Egi Ahmad, si bungsu yang baru berumur 2,5 tahun. Keduanya duduk di baris ketiga dari kursi paling depan. Adapun, Afifa duduk di sisi kanan bersebelah­an dengan Ega.

Muntolib tidak merasakan sesuatu yang janggal selepas turun dari Telaga Sarangan. Yang dia tahu, sesaat setelah minibus melewati tikungan pada suatu turunan, sopir terdengar berteriak-teriak. Sedetik kemudian, dia merasakan tubuhnya terombang-ambing. Bruaakk! Minibus nyungsep ke jurang.

Saat itu Muntolib berupaya merengkuh Egi yang berada di sisi kirinya. Lalu, dia mendekapny­a erat-erat. ’’Saya peluk Egi kenceng supaya aman,” tuturnya dengan suara lirih. Egi hanya terluka ringan. Nahas, Ega tidak terselamat­kan. Tubuh bocah tersebut terpelanti­ng dan terjepit kursi. Ega meninggal saat mendapat pertolonga­n tim medis.

Adapun, Muntolib dan istrinya mengalami luka berat. Afifa yang juga staf pengajar di SDN Jimbaran Wetan itu terancam tidak bisa mengajar selama beberapa waktu karena masih terluka. Selain itu, dia tampak trauma dengan musibah tersebut.

Muntolib menjelaska­n, awalnya semua berjalan lancar. Tidak ada perasaan akan terjadi sesuatu sebelum kecelakaan. ’’Cobaan, ini semua apa kata Yang di Atas (Allah SWT, Red),” ujarnya, lantas menarik napas dalam-dalam.

Menurut Yanto, salah seorang keluarga Muntolib, Ega yang turut menjadi korban meninggal merupakan sosok periang. Di matanya, bocah itu sopan. Sama dengan ayah dan ibunya. ’’Keluarga mereka ini mudah bergaul dengan siapa pun. Ega anaknya lucu dan baik,” jelasnya saat melayat ke rumah korban. (jos/c7/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia