Belajar Mengenal Diri hingga Merencanakan Karir
Cara belajar yang berbeda bisa meningkatkan minat belajar siswa. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh pun lebih banyak. Sejumlah sekolah di Kota Delta berhasil membuat terobosan mendidik yang brilian.
PENAMPILAN Muhammad Usnan terlihat mencolok di SMP Islam Parlaungan, Jalan Berbek, Waru. Bukan karena pakaian yang nyentrik. Tapi, guru pendidikan keterampilan leadership (PKL) SMP Islam Parlaungan tersebut selalu mengenakan pin berdiameter sekitar 10 sentimeter di dada kirinya selama di lingkungan sekolah. Pin itu bertulisan ’’Saya Bisa jika Saya Mau”.
”Ini andalan saya, penyemangat, ada apa-apa selalu ingat ini,” ujar Usnan sambil menunjuk pin dari kertas berwarna hijau di dadanya. Selain untuk dirinya sendiri, dia ingin menyampaikan makna kata-kata itu kepada seluruh siswa. Yakni, selalu ada jalan jika ada kemauan. Harus bertekad dan selalu berusaha.
Pembelajaran sikap optimistis Usnan tersebut menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang ada dalam PKL. ”PKL ada sejak sekolah ini berdiri pada 1977. Ini kurikulum khas sekolah,” jelas guru yang juga mengajar sejak 1977 itu.
Disebut khas karena kurikulum diciptakan sekolah dan diterapkan untuk internal. Pihak sekolah juga sudah mencetak enam buku ajar tentang PKL itu. Setiap semester ada satu buku ajar.
Panduan pembelajaran PKL tersebut berisi tujuh kecakapan pokok. Yakni, pembelajaran mengenal diri yang di dalamnya termasuk pembelajaran diri sendiri, pencipta, dan ciptaan. Serta, bagaimana bersikap positif dengan tiga hal itu.
Kedua, ada kecakapan komunikasi. Mendidik cara mendengar, berbicara, saling berbagi, dan bersikap yang baik kepada siapa pun. Termasuk pada hewan dan tumbuhan. ”Dalam pembelajaran ini, biasanya kami meminta siswa datang ke ketua RT, panti asuhan, pasar, atau tempat umum untuk mewawancarai pengunjung,” jelas Usnan.
Proses wawancara itu dilakukan untuk melatih mereka bersosialisasi dan mengenal lingkungan. Selain itu, melatih siswa menangkap sisi menarik dari setiap orang yang diwawancarai. Setelah wawancara, siswa wajib me- review dan meminta tanda tangan atau stempel untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar melakukan wawancara.
Ketiga, kecakapan menyatu dengan yang lain. Maksudnya, membuat siswa bisa diterima oleh orang lain. Keempat, kecakapan belajar untuk belajar. Maksudnya, ada pembelajaran tentang memahami, mengerti, dan memiliki keterampilan untuk belajar. Contohnya, yang dilakukan siswa kelas VII-A kemarin. Mereka belajar menghafal melalui permainan. Dua siswa diminta maju untuk adu daya ingat. Usnan memberikan tema khusus. Kemarin temanya menyebut nama binatang.
Dua siswa itu harus menyebutkan nama binatang secara bergantian. Namun, saat menyebut nama binatang baru, nama binatang yang sudah disebut harus diulang. Misalnya, A menyebut ’’kuda’’. B harus menyebut ’’kuda’’ dulu, barulah menyebut binatang yang ada di pikirannya. Jika terpikir ’’kodok’’, B harus menyebut ’’kuda kodok’’. Si A harus menyahut dengan menyebut ’’kuda kodok kucing’’. Si B menyahut ’’kuda kodok kucing kerbau’’. Berlanjut terus hingga ada yang lupa urutan nama tersebut. Yang lupa itulah yang kalah. ”Dengan begitu, anak-anak senang, suasana kelas cair,” ujar Usnan.
Contoh lain, belajar dengan membuat beragam papan motivasi hingga mencetak kata-kata kreatif pada kertas berwarnawarni sebagai media untuk memotivasi. ”Biasanya mereka buat tematik. Misalnya, pada Hari Pohon atau Hari Antinarkoba Internasional,” tambah Usnan.
Kelima, pembelajaran tentang kecakapan untuk mengambil keputusan. Keenam, ada kecakapan untuk managing. ”Untuk kecakapan dalam mengatur atau managing ini, siswa kami membuat planning career,” kata Kepala SMP Islam Parlaungan Supardi. Yakni, satu kertas berisi tabel perencanaan yang akan mereka lakukan dalam hidup. Contohnya, mereka menarget dan menulis dalam planning career pada umur tertentu harus berkuliah di perguruan tinggi favorit. Serta, usia tertentu harus sudah punya rumah dan beragam cita-cita lainnya.
Planning career itu harus ditempelkan di tempat yang mudah terlihat. Biasanya di tempat ibadah sehingga salah satu doa yang dipanjatkan berisi agar citacita tersebut terkabul. Ketujuh, kecakapan untuk kerja kelompok. ”Setiap minggu ada pengajian rutin ke rumah masing-masing siswa secara bergiliran agar lebih akrab dan kompak,” ucap Supardi. (uzi/c7/dio)