Menimba Ilmu dengan Bermain
SMP Raudlatul Jannah Waru memiliki inovasi sistem belajar. Mereka menyebutnya family curriculum. Sekolah mengajak orang tua untuk memberikan perhatian lebih pada anak mereka. Orang tua harus berkomitmen terus mendampingi anak. Mereka tidak boleh memasrahkan begitu saja ke sekolah.
”Jadi, sekolah itu sebagai mitra orang tua. Orang tua harus tahu apa yang dilakukan anaknya di sekolah,” terang Zamroni Thoif, Waka Kurikulum SMP Raudlatul Jannah, kemarin. Caranya, sekolah mengadakan kegiatan parenting rutin. Mereka mendatangkan konsultan pendidikan sehingga orang tua bisa turut berbagi dan mendapatkan ilmu. ”Tujuannya, orang tua bisa satu visi dan misi dengan sekolah,” ujar Zamroni.
Bahkan, pada awal pendaftaran peserta didik baru, pihak sekolah mendatangkan calon wali murid dan siswa untuk diobservasi. Salah satu pertanyaan adalah komitmen orang tua untuk mendampingi anak.
Selain keterlibatan orang tua, terobosan lain adalah membuat visi semesta. Yakni, mengarahkan seluruh pembelajaran untuk terintegrasi dengan spiritual. Misalnya, pembelajaran matematika atau biologi yang nanti berkaitan dengan spiritual. ”Pelajaran biologi dihubungkan dengan ayat Alquran yang menjelaskan awal penciptaan manusia. Kalau matematika, dengan meneladani tokoh Al Khawarizmi,” terang Zamroni.
Ada pula pembelajaran personal project yang harus diselesaikan siswa sebelum lulus. Pembuatan hasil karya sesuai minat anak didik. Contoh, hobi desain. Siswa bisa membuat project desain kaus. Desain tersebut dicetak pada kaus. Hasilnya dipamerkan dan dijual. Mereka yang suka dunia robotik bisa memodifikasi robot yang sudah ada atau membuat jenis baru. ”Sesuai keahlian mereka,” ucapnya.
Selain itu, anak didik harus mengabdi ke sekolah sebelum lulus. Kegiatan itu disebut care and service. Mereka harus mengabdi dan membantu melayani satu bidang pelayanan di sekolah. Contohnya, perpustakaan, dapur sekolah, atau warung sekolah. ”Mereka membantu selama tiga hari,” ujarnya.
Untuk rutinitas pembelajaran, terobosan guru dilakukan dengan banyak games. Misalnya, yang dilakukan Meilina Irayati kemarin. Guru bahasa In do ne sia itu mengajak anak didiknya bermain ular tangga. Ular tangga itu disebut snake serpihan puisi. Ada 100 kata-kata yang tertulis di samping ular tangga.
Cara bermainnya, misal, pion pemain berhenti di angka 20. Maka, pemain yang saat itu dapat giliran harus menulis kata-kata yang ada di nomor 20 ke dalam kertas yang dibawa. ”Selama 15 menit bermain, mereka mendapatkan beberapa kata. Kata yang sudah ditulis di kertas itu harus diselesaikan menjadi puisi. Bisa dengan menambahkan kata lain atau mengurangi kata yang sudah ada,” terang Meilina.
”Memang guru di sini sering mengajar dengan permainan. Pasti seru dan nggak bikin ngantuk. Sebab, banyak gerak,” ujar BebyYumna Mawadah, salah seorang siswa VIII-B. Bukan hanya pelajaran bahasa Indonesia, Beby menyebutkan pelajaran matematika. Sang guru pernah mengajak bermain lempar bola di kelas. Siswa yang dilempar bola harus menangkap bola itu sambil menjawab pertanyaan guru dengan cepat. Setelah menjawab, bola tadi dilempar kembali kepada guru. Bergiliran terus dari satu siswa ke siswa lain. ( uzi/c6/dio)