Punya Otot Bagus gara-gara Jualan Jamu
Sahabat sejati Surahman adalah olahraga. Mantan penjual jamu itu sukses membangun rumah fitness. Dia juga merupakan atlet binaraga berprestasi.
SURAHMAN biasa dipanggil Mbah Man. Datang dengan senyum, dia menganggukkan kepalanya yang gundul. Sopan sekali. Kaki dan tangannya tampak kekar. Lelaki 48 tahun itu lantas bergegas masuk Man’s Fitness Center, usaha miliknya.
Pusat kebugaran tersebut seluas sekitar 49 meter persegi. Banyak peralatan olahraga. Ada barbel, treadmill, sepeda statis, body- building, dan sebagainya. Anggota yang ingin bugar dan kekar bisa mendapatkan apa saja di sana. ’’Mereka semua anak asuh. Rutin latihan di sini,’’ kata Surahman. Dia memperkenalkan satu per satu lelaki di dekatnya. Semuanya kekar berotot. Salaman saja dengan mereka, rasanya, seperti diremas.
Berikutnya, para lelaki kekar itu berebut mencium tangan Surahman. Bagi mereka, Surahman adalah guru terbaik. Karena itulah, dia sering dipanggil Mbah Man oleh para murid. Terlebih, akhir-akhir ini Surahman sering berkegiatan di luar pusat kebugarannya.
Sejak 2014, aktivitas Surahman bertambah padat. Dia tetap ikut kompetisi, tetapi juga merencanakan masadepandenganmengembangkan usaha fitness. ’’Olahraga itu kesenangan. Memang lambat, tapi usaha saya makin ramai,’’ tutur lelaki kela- hiran Lamongan tersebut. Selama setahun terakhir, tempat
fitness Surahman di Jalan Sunan Giri III, Kebomas, itu makin ramai. Man’s Fitness Center terkenal bagi peminat adu otot. Setiap hari ada belasan atlet yang mengunjunginya. Selain itu, ada PNS, pelajar, dan pengusaha yang ikut angkat-angkat barbel. Kini Surahman punya 60 anak asuh. Mereka banyak belajar dari kesuksesan bapak dua anak tersebut. ’’Olahraga bukan hanya ilmu jasmani, tapi juga rohani. Syaratnya harus ikhlas,’’ jelas lelaki yang juga aktif menjadi takmir masjid di desanya tersebut.
Kisah Surahman di dunia binaraga banyak dikenang. Usianya sudah tergolong uzur. Namun, lelaki yang dua kali ikut PON itu tidak berhenti mendulang prestasi. Terakhir, dia mengikuti ajang Mr Indonesia Championship 2017 di Semarang. Dia ikut kelas 80 kilogram. Kompetisi yang diikuti binaragawan seluruh Indonesia tersebut menjadi sejarah. Surahman meraih juara. ’’Padahal, usia saya paling tua,’’ ungkapnya.
Meski sudah puluhan kali menjadi juara, Surahman tetap rajin berlatih. Targetnya adalah juara PON dan kejurprov mendatang. Surahman sudah dikontrak Kalimantan Selatan.
Keberhasilan itu tidak begitu saja datang. Saat masih susah, Surahman muda lebih dikenal sebagai penjual jamu. Usianya masih 30an. Surahman berkeliling menjajakan jamunya. Dia tidak memiliki pilihan. SMA tidak tamat. Pendidikannya hanya sampai SMP. ’’Nah, kata orang-orang, tukang jamu harus punya otot besar,’’ ujarnya.
Surahman berpikir bahwa tidak mudah membentuk tubuh yang saat itu kerempeng. Diperlukan usaha besar. Kemudian, setiap hari dia berlatih. Olahraga, mengecek otot, dan doa menyertai kesehariannya. Surahman lantas ikut lombalomba. Dia tidak langsung menang. Dia pernah kalah, tetapi tidak menyerah. Hasilnya, Surahman tiga kali menjuarai Kejurprov Jatim dalam olahraga binaraga. Puncak keemasannya terjadi pada PON 2012 Riau. Mantan atlet Bangka Belitung itu memperoleh juara ketiga di kelas 75 kilogram.
Meski namanya melejit, dia tetap rendah hati. Sebab, impiannya belum tercapai. Lewat usahanya, dia ingin mengampanyekan kesehatan tubuh. Dia mengajak para pelajar ikut berolahraga sekaligus berprestasi. ’’Kesehatan itu penting. Ini bagian dari iman,’’ tandas salah seorang pelatih binaraga di Kota Pudak tersebut. (*/c14/roz)