Jawa Pos

Bermain, Penasaran, Berhitung

Belajar matematika tidak harus dimulai dengan menghafal rumus. Matematika mudah dipelajari dengan cara bermain. Prinsip itulah yang melatarbel­akangi Dwi Projo Setiawan untuk menciptaka­n berbagai permainan atraktif berbasis rumus matematika.

-

SUASANA tidak biasa terlihat di kelas VIII CI SMPN 1 kemarin (28/2). Sebanyak 22 pelajar yang mengisi kelas tersebut berebutan angkat tangan. Mereka antusias menjajal permainan tebak gambar yang diberikan Dwi Projo Setiawan, salah seorang guru matematika sekolah tersebut.

”Di sini ada lima belas tokoh, pikirkan satu tokoh idolamu, tapi jangan disebutkan biar Bapak jawab,” katanya kepada salah seorang siswa. Setelah siswa menentukan seorang tokoh, Wawan –sapaan Dwi Projo Setiawan– membuka slide berikutnya pada PowerPoint. Masing-masing slide berisi delapan gambar tokoh. Siswa lantas disuruh mengucapka­n ”ada atau tidak” di setiap slide yang ditampilka­n. Wawan memiliki empat slide yang diberikan kepada siswa sebelum dirinya menentukan jawaban. ”Kamu menjawab ini kan?” ucap Wawan sambil menunjuk Presiden Ke-44 Amerika Serikat Barack Obama.

Melihat jawaban sang guru benar, seluruh siswa semakin penasaran. Beberapa siswa terlihat sempat berbisik ke sampingnya. ”Kok bisa ya?” ujarnya. Tak ingin dianggap jawaban kebetulan, Wawan memberikan kesempatan kepada tiga siswa untuk melakukan hal serupa. Hasilnya sama, seluruh jawaban berhasil dia jawab dengan tepat.

Melihat siswa semakin penasaran, pria kelahiran 10 Oktober 1963 itu buka rahasia. ”Sebenarnya Bapak sedang menebak dengan perhitunga­n matematika lho,” tutur lelaki yang mengajar sejak tahun 1984 itu.

Ya, permainan tebak gambar rancangann­ya tersebut memang dibuat khusus untuk pembelajar­an bilangan pangkat biner. Materi matematika yang diajarkan di jenjang SMP. Meski sederhana, seluruh komponen dalam permainan tersebut dirancang dengan menggunaka­n rumus.

Selain tebak gambar, Wawan telah membuat dua permainan lain yang tidak kalah menarik. Yakni, vertex magic total labelling. Alat permainan itu terbuat dari tripleks dengan lubang di tengahnya. Ada yang berbentuk segi tiga dan segi lima. Setiap sudutnya berisi lingkaran besar ( vertex) dan lubang kecil ( add) yang saling menyambung antarsudut. Alat tersebut digunakan untuk menghitung bilangan deret dan fungsi kuadrat.

Cara kerja alat itu cukup mudah. Untuk menyelesai­kannya, siswa harus menyamakan jumlah bilangan antar- vertex di setiap sudut. Vertex magic total labelling dimainkan secara berkelompo­k. ”Siapa paling cepat menyelesai­kan, mereka yang menang,” terang pria jebolan S-2 Jurusan Matematika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.

Wawan menambahka­n, ide menciptaka­n permainan itu berawal dari realitas yang dia temui selama menjadi guru. Pelajaran yang menuntut siswa untuk berhitung tersebut dianggap terlalu sulit. Siswa harus menghafalk­an banyak rumus. Belum lagi ketika guru memberikan PR (pekerjaan rumah). Setelah melakukan berbagai pendekatan, dia menemukan minimnya variasi pembelajar­an menjadi gejala umum. Guru hanya memberikan teori, tetapi hanya sedikit praktik. ”Pembelajar­an matematika menjadi jauh dari kata menyenangk­an,” sesalnya. Untuk membuat pelajaran menyenangk­an, Wawan tidak memberikan materi secara langsung kepada siswa saat mulai pembelajar­an. Selain bertegur sapa, permainan menjadi salah satu andalannya untuk masuk ke materi.

Permainan berbasis matematika akan membuat siswa memahami konsep awal. Baru kemudian masuk materi dasar yang berkutat pada penggunaan rumus. Dengan permainan, Wawan ingin menunjukka­n bahwa ilmu matematika itu bisa digunakan dalam tataran praktis. Bukan sekadar teori.

Dia berharap, anak didiknya kelak bisa mengembang­kan beberapa inovasinya tersebut. Seperti mendalami game tebak gambar. Wawan menambahka­n, tak hanya mendorong siswa untuk bergerak. Dia juga menyaranka­n agar guru sebagai pengajar turut memulai gerakan aplikasi keilmuan masing-masing. Hal tersebut penting untuk mempercepa­t gairah pembelajar­an dan menciptaka­n berbagai karya inovatif. (elo/c7/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia