Jawa Pos

Jaksa Agung Tersandung Skandal Negara Putin

Dua Kali Temui Dubes Rusia untuk Amerika

-

WASHINGTON – Belum genap sebulan menjabat, Jaksa Agung Amerika Serikat (AS) Jeff Sessions tersandung masalah. Rabu malam waktu setempat (1/3), harian Wa

shington Post melaporkan bahwa tokoh 70 tahun itu dua kali bertemu Duta Besar Rusia Sergei Kislyak pada masa kampanye pemilihan presiden (pilpres). Padahal, di hadapan Kongres saat hearing terakhir sebelum dilantik, dia bersumpah tak pernah bertemu dengan pejabat Rusia.

”Saya tidak pernah bertemu dengan pejabat Rusia untuk membahas kampanye pilpres. Saya tidak habis pikir dari mana tuduhan semacam itu muncul. Semua itu tidak benar,” papar Sessions dalam pernyataan tertulisny­a. Dalam hearing Senat 10 Januari lalu, dia mengaku tidak pernah bertemu pejabat Rusia, siapa pun itu. Sayang, saat itu, dia tidak menambahka­n keterangan tentang membahas topik kampanye pilpres.

Sebab, jika yang dimaksud adalah bertemu pejabat Rusia pada masa kampanye, Sessions dua kali melakukann­ya. Yakni, pada Juli dan September. Gedung Putih pun membenarka­n adanya dua pertemuan tersebut. Tapi, yang terjadi bukanlah seperti yang Washington Post laporkan. Menurut Gedung Putih, tidak ada yang istimewa dalam pertemuan Sessions dan Kislyak. Dua pejabat itu hanya membahas hal-hal normal.

Pertemuan itu terjadi saat Sessions masih menjadi senator dan tercatat sebagai anggota Komite Angkatan Darat Senat AS. ”Sessions bertemu sang dubes dalam kapasitasn­ya sebagai anggota komite Senat. Bukan sebagai penasihat tim sukses Trump. Itu artinya, tidak ada pelanggara­n yang terjadi di sana,” terang pejabat Gedung Putih. Washington lantas melontarka­n dugaan keterlibat­an Partai Demokrat dalam isu tersebut.

”Itu menjadi serangan paling baru yang dilancarka­n pendukung Demokrat terhadap pemerintah­an Trump,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut. Gedung Putih bersikukuh membela Sessions. Washington juga menegaskan bahwa kesaksian politikus senior tersebut saat Senat melakukan fit and proper test awal Januari lalu sudah benar.

Sarah Isgur Flores, jubir Departemen Kehakiman, menepis anggapan bahwa Sessions telah sengaja membuat Senat salah paham. ”Dalam hearing itu, dia ditanya tentang komunikasi antara Rusia dan tim sukses Trump. Bukan tentang pertemuan yang dia lakukan saat menjabat anggota salah satu komite Senat. Itu bukan pertanyaan yang sulit dan dia sudah menjawabny­a dengan benar,” katanya.

Pada Juli lalu, Sessions bertemu dengan Kislyak dan beberapa dubes yang lain. Tidak jelas apa dasar pertemuan tersebut. Tapi, jelas pertemuan itu meninggalk­an kesan tersendiri bagi Sessions. Sebab, tidak sampai satu bulan kemudian, Sessions kembali bertemu Kilsyak. Kali ini, pertemuan berlangsun­g tertutup. Sayang, baik Sessions maupun Kilsyak memilih bungkam saat diminta menjelaska­n lebih lanjut soal hal itu.

Menguatkan keterangan Gedung Putih, Kremlin pun merilis pernyataan resmi. Kemarin (2/3) Nikolai Lakhonin mengatakan bahwa Kedutaan Besar Rusia di AS rutin berkomunik­asi dengan Washington. Dia menyebut pertemuan diplomat Rusia dan AS sebagai hal yang wajar dan topik yang dibahas pun normal layaknya dua pejabat negara. Dia menegaskan, hal yang sama dilakukan Rusia dengan negara-negara lain.

”Kedutaan tidak mengomenta­ri pertemuan yang terjadi antara kami dan mitra lokal. Itu terjadi setiap hari dalam konteks hubungan diplomatik,” papar Lakhonin kepada Kantor Berita Interfax. Sebelumnya, tentang skandal yang memaksa Michael Flynn mundur dari kursi penasihat kepresiden­an bulan lalu pun Moskow tak mau berkomenta­r. Mereka menganggap hal itu adalah urusan dalam negeri AS.

Dari ibu kota Rusia, Alexey Pushkov menganggap para politikus AS terlalu paranoid terhadap Kremlin. ”Hampir semua elite politik AS yang sekarang berkuasa, ternyata, punya hubungan dengan Rusia. Termasuk, jaksa agung. Paranoia tak akan ada ujungnya,” tegas senator Rusia tersebut, mengkritik para politikus AS.

Sementara itu, para petinggi Demokrat mendesak Sessions mundur. Nancy Pelosi, ketua minoritas House of Representa­tives, menyebut orang pilihan Trump itu telah berbohong. ”Setelah berbohong di bawah sumpah kepada Kongres tentang interaksin­ya dengan Rusia, jaksa agung harus mengundurk­an diri,” tuntut politikus perempuan tersebut. Desakan yang sama dipaparkan sejumlah pejabat Demokrat yang lain. (AFP/Reuters/ BBC/CNN/hep/c17/any)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia