Jawa Pos

Belum Lebih Sehari, Warga Belum Mau Dievakuasi

-

NGAWI – Ngawi dikepung bencana banjir. Hujan deras yang melanda hulu Bengawan Madiun mengakibat­kan 15 desa di lima kecamatan terendam banjir dengan ketinggian air sekitar 70 sentimeter.

Pantauan Jawa Pos Radar Ngawi menyebutka­n, genangan air seolah menyandera pelayanan fasilitas publik. Sedikitnya lima sekolah negeri meliburkan siswanya karena ketinggian air terus meningkat. Jalur alternatif Kwadungan–Sawahan juga ditutup hingga sore kemarin.

Air bah itu juga mengganggu prosesi pesta pernikahan pasangan Agus Sujatmiko dan Unik Nikmatul Khoirinda, warga Purwosari, Kwadungan. ’’Hujan di Ngawi masih normal, tetapi di hulu deras. Belum lagi banjir yang menggenang­i wilayah Kota Madiun kemarin, airnya masuk ke sini,’’ papar Kepala Pelaksana BPBD Ngawi Eko Heru Tjahjono kemarin.

Menurut dia, 15 desa yang terendam banjir itu berada di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Madiun. Mulai Desa Kendung, Dinden, Purwosari, Tirak, Sumengko dan Simo di Kecamatan Kwadungan hingga Gandri, Pleset, dan Waruk Tengah di Kecamatan Pangkur. Desa Waruk Tengah, Pangkur, terpantau paling parah terdampak banjir.

’’Ketinggian air mencapai betis orang dewasa. Lima rumah dilaporkan terendam,’’ ungkap Heru –sapaan karib Eko Heru Tjahjono

Pejabat asal Madiun itu menerangka­n, meski wilayah Waruk Tengah tergenang, warga ogah dievakuasi. Alasannya, banjir tersebut belum mencapai satu kali 24 jam. Mereka baru bersedia dievakuasi bila genangan air tersebut lebih dari sehari. ’’Mereka sadar rumahnya menjadi langganan banjir. Itu dianggap risiko karena direlokasi juga tidak mau,’’ tambahnya.

Heru menjelaska­n, air yang menggenang­i wilayah Ngawi itu berasal dari daerah tetangga, terutama Kota Madiun yang baru kebanjiran. Juga air dari lereng Gunung Wilis dan Ponorogo. Aliaran air dari Kota Madiun hingga Ngawi membutuhka­n enam jam. ’’Kalau genangan air di Kota Madiun surut, jangka waktu minimal enam jam sampai Ngawi,’’ terangnya.

Di Desa Purwosari, banjir mengakibat­kan resepsi pernikahan Agus Sujatmiko dan Unik Nikmatul Khoirinda berantakan. Air menggenang­i lokasi tenda pernikahan mereka.

Sejumlah tamu undangan harus menyingsik­an celana atau rok untuk menyeberan­gi genangan air itu. Temanten perempuan juga harus digendong untuk ganti pakaian.

’’ Tadi ( kemarin, Red) sekitar pukul 06.00 air mulai terlihat. Sekitar 20 sentimeter, sedangkan resepsinya jam 10.00. Ya mau bagaimana lagi, kartu undangan sudah disebar, tidak mungkin diundur,’’ tutur Sutikno, paman mempelai. (odi/pra/c4/diq)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia