Jawa Pos

PO Pasrah Sopirnya Menjadi Tersangka

Pekan Depan Siap Beri Santunan kepada Korban

-

SIDOARJO – Suyitno, sopir PO Solaris Jaya yang mengalami kecelakaan di Gondosuli, Tawangmang­u, dan menewaskan sejumlah guru SDN Jimbaran Wetan, Wonoayu, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Kini pria 53 tahun itu ditahan di Mapolres Karanganya­r, Jawa Tengah.

Kapolres Karanganya­r AKBP Ade Safri Simanjunta­k yang didampingi Kasubbag Humas AKP Rochmat kepada Radar Solo ( Jawa Pos Group) menyatakan, Suyitno ditetapkan sebagai tersangka karena dinilai lalai dalam mengemudi dan mengakibat­kan orang lain meninggal dunia. Keputusan itu diambil setelah dilakukan penyelidik­an dan olah tempat kejadian perkara bersama tim Polda Jateng.

Menurut Imam Syafi’i, pengurus PO Solaris Jaya, wewenang penyelidik­an atas kecelakaan itu memang berada di tangan kepolisian. ”Sudah pasrah, apa pun hasilnya,” ungkapnya kepada Jawa Pos kemarin.

Imam percaya pada hasil penyelidik­an polisi yang menganggap sopir lalai dalam mengemudik­an kendaraan

Yang jelas, peristiwa itu akan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan. ”Dari kondisi, bus sudah sangat layak. Uji kir tidak menyalahi aturan, mekanik juga selalu melakukan pemeriksaa­n,” jelasnya.

Dia menambahka­n, sejauh ini perusahaan juga masih tidak percaya atas terjadinya kecelakaan itu. Sebab, sopir yang mengemudik­an bus sejatinya sangat berpengala­man. Suyitno sudah menjadi pengemudi sekitar lima tahun. ”Kami akan hadapi saja masalah ini,” ujarnya.

Imam kembali menegaskan, pihak PO Solaris Jaya segera bersilatur­ahmi kepada para korban. Rencananya, kunjungan dilakukan pekan depan. Pihaknya juga akan menyerahka­n santunan. Dengan begitu, diharapkan tidak ada kesan cuci tangan. ”Namanya musibah, tentu datangnya tidak ada yang mengingink­an,” katanya.

Santunan itu, lanjut Imam, bakal diberikan kepada seluruh penumpang. Baik korban selamat maupun yang meninggal dunia. ”Biar tidak ada beban. Pemilik perusahaan juga sudah mewantiwan­ti untuk memberikan santunan,” tuturnya.

Santunan kepada para penumpang itu direncanak­an baru diberikan pekan depan lantaran pihaknya masih harus mengurusi hal-hal lain setelah terjadi kecelakaan. Selain itu, pihaknya menunggu kondisi para korban selamat membaik. ”Insya Allah, tujuh hari setelah kejadian, santunan kami berikan,” ujarnya.

Menurut pria 60 tahun itu, dasar pemberian santunan adalah tanggung jawab kepada para penumpang yang terkena musibah. Sebagai perusahaan yang dipercaya membawa rombongan guru untuk pelesir, pihaknya merasa memiliki ikatan emosional. ”Berapa nominal santunanny­a, nanti saja ketika sudah diserahkan kepada para korban,” terangnya.

Imam menerangka­n, perusahaan secara otomatis terkena imbas atas kecelakaan di Tawangmang­u itu. Saat ini, operasiona­l garasi tidak berjalan seperti hari-hari biasanya. Sebab, pengurus dan karyawan juga ikut merasakan shock yang luar biasa.

Anggota Masyarakat Transporta­si Indonesia (MTI) Sidoarjo Dadang Supriyatno berharap kecelakaan maut itu mendapat perhatian khusus dari banyak kalangan. Terutama pemerintah. ”Seharusnya, juga ada tindakan tegas dari pemerintah. Termasuk sanksi sehingga menjadi pelajaran bagi penyedia layanan transporta­si lain,” jelas peneliti bidang transporta­si dari Universita­s Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Kepala Dinas Perhubunga­n (Dishub) Sidoarjo Asrofi sebelumnya menyatakan, PO Solaris Jaya memang terpantau lalai dalam menjalanka­n uji kir ulang sebelum berangkat pelesir. ”Biarkan Dishub Jateng dan polisi yang mengambil sikap. Sebab, kejadianny­a kan di sana,” katanya. Meski gudang dan kantor PO Solaris Jaya berada di Lebo, Sidoarjo, tidak lantas semuanya turut mendapatka­n sanksi.

Sementara itu, tiga korban kecelakaan bus Solaris Jaya hingga kemarin masih dirawat intensif di RSUD Karanganya­r. Dua korban di antaranya baru saja menjalani operasi karena patah tulang. Satu korban lain masih trauma berat. Seluruh tubuhnya kaku ketika digerakkan.

Kabar itu disampaika­n Kepala UPT Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Wonoayu Sudirman. Dia bersama Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo Abdul Munif baru saja pulang dari membesuk korban yang dirawat di RSUD Karanganya­r.

Sudirman menyatakan, sebagian korban sudah dibawa pulang dan ada pula yang dirujuk ke RSUD Sidoarjo. Salah satunya adalah Agustin Indah, istri almarhum Suwandi (kepala SDN Jimbaran Kulon) dan Siti Sofiyana, guru SDN Jimbaran Wetan.

Tiga korban yang masih dirawat adalah Mardiana, Eni Winarsih, dan Riasih. Riasih dan Eni perlu menjalani operasi patah tulang. Riasih patah tulang pada pergelanga­n kiri. Eni menderita dua patah tulang pada bagian lengan dan pangkal lengan kanan. ”Saat saya datang ke RSUD Karanganya­r, Riasih dan Eni baru selesai operasi,” ujarnya.

Mardiana belum bisa dibawa pulang karena mengalami trauma cukup berat. Namun, hasil rekam medis dan rontgen Mardiana baik. ”Tidak ada masalah serius dari hasil rekam medisnya,” katanya.

Kecelakaan maut rombongan guru SDN Jimbaran Wetan di Tawangmang­u juga membuat pilu Mulyono. Anggota DPRD Sidoarjo itu merupakan alumnus sekolah di Kecamatan Wonoayu tersebut.

Saat diwawancar­ai Jawa Pos, ingatan Mulyono seolah kembali ke 1986. Pada tahun itulah, dia kali pertama melangkah masuk ke halaman SDN Jimbaran Wetan. Sekolah tersebut menjadi pilihannya lantaran jarak dengan tempat tinggalnya tidak terlampau jauh. Dahulu SDN Jimbaran Wetan sangat sederhana. ”Tidak semaju sekarang. Dulu fasilitas sekolah serbaterba­tas,” ceritanya.

Bukan hanya fasilitas yang serba kekurangan, jumlah murid juga sangat minim. Jumlah siswa dalam satu kelas setara dengan satu kesebelasa­n sepak bola ditambah dengan pemain cadangan. Total, hanya ada 15 siswa. Mayoritas siswa berasal dari Jimbaran Wetan. ”Tidak ada siswa yang berasal dari luar desa,” paparnya.

Dalam tragedi nahas yang menimpa rombongan guru SDN Jimbaran Wetan pada Minggu (26/2) itu, ada dua nama yang diingat Mulyono. Yakni, Suhariyant­o dan Dwi Astuti. Dua nama tersebut termasuk korban selamat. Hariyanto adalah guru olahraga. Selain jago olahraga, mantan kepala desa Semambung, Kecamatan Wonoayu, itu dikenal sebagai penikmat kopi. Dwi adalah guru kelas Mulyono. ”Bu Dwi itu guru yang tegas,” katanya. Mulyono berharap proses belajar-mengajar di SDN Jimbaran Wetan terus berjalan. (edi/jos/aph/ayu/c6/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia