Warisan Leluhur yang Turun-temurun
BEBERAPA kuliner di sekitar PG Kremboong pun melegenda. Sate kambing adalah menu yang banyak diburu. Salah satu warung sate kambing yang terkenal adalah Warung Sate Kambing Pak Us.
Us diambil dari nama Usman, pemilik sekaligus juru masak pertama di warung itu. Warung yang terletak di Dusun Krembung tersebut termasuk kecil dan terpencil. Untuk menemukannya, kita harus bertanya kepada warga yang tinggal di seberang PG Kremboong. Lokasinya masuk gang sempit dan melewati sungai yang cukup besar. Sebenarnya jaraknya tak jauh dari pabrik gula, tapi memang cukup menjorok. Apalagi, kondisi warung itu tak ubahnya seperti rumah. Hanya, ada jendela kayu yang dibuka lebar ke atas. Jendela yang dicat hijau tersebut disangga besi.
Spanduk bertuliskan Sate Kambing Pak Us terbentang di depannya. Namun, Usman sudah wafat. Warung yang dirintis sejak 1963 itu kini dikelola kedua anaknya. Miskah, putri sulungnya, dan adiknya Joko Supriyanto. Pada Kamis siang (23/2) Miskah tampak sibuk mengaduk bumbu sate. Sementara itu, Joko mempersiapkan arang untuk membakar sate. Keduanya langsung menyapa dengan ramah.
Sepuluh tusuk sate kambing dibakar dengan api sedang oleh Joko. Miskah menambahkan bawang merah pada bumbu. ”Mau harga bumbu atau daging naik, nggak berani mengubah takaran bumbu,” ujar Miskah.
Menurut dia, resep sang ayah adalah wasiat yang tak boleh diubah-ubah. Miskah kemudian berkisah tentang warung kesayangan sang ayah. Warung itu adalah saksi perkembangan PG Kremboong. Sejak berdiri, bukan hanya buruh pabrik yang kerap makan di sana, tetapi juga para petinggi pabrik dan pegawai negeri sipil (PNS).
Harga satu porsi yang berisi 10 tusuk sate kambing mencapai Rp 65 ribu. Bumbunya benar-benar meresap dan gurih. Bumbu kacangnya melimpah dan dipenuhi irisan bawang merah untuk penyedap rasa. Bagi Miskah, sate kambing yang kini menjadi sumber penghidupannya bukan semata cara mencari nafkah. Tapi, warisan leluhur. (via/c21/dio)