Jawa Pos

Opera Ikan Asin di HUT Ke-40

-

JAKSEL – Mekhit alias Mat Piso si Raja Bandit mengawani Poli Picun. Dia adalah anak juragan bandit se-Batavia, Natasasmit­a Picum.

Pesta pernikahan dibuat meriah dengan berbagai perlengkap­an makan dan kado mewah. Piring-piring kaca didatangka­n dari hotel berbintang lima dalam dan luar negeri.

Sendok-sendoknya terbuat dari perak nan indah. Minuman yang disajikan pun didapat dari toko wine dan hotel nomor wahid. Semuanya diperoleh dari hasil curian anak buah Mekhit.

Pesta diadakan meriah, tapi hanya dihadiri sahabat-sahabat Mekhit, yaitu sesama bandit. Kisah cinta yang tumbuh di antara dua sejoli itu tidak direstui orang tua Poli.

Reputasi Mekhit yang buruk membuat mereka geram dan ingin menjerumus­kannya ke penjara. Lagi pula, penduduk satu Batavia tahu bahwa Mekhit sedang diincar polisi.

Dia dituduh dengan sederet kasus kejahatan, baik sekelas teri hingga nomor wahid. Mulai pencurian, pembunuhan, hingga pemerkosaa­n gadis di bawah umur.

Namun, hal tersebut tak menghalang­i cinta Poli kepada Mekhit. Meski mendapatka­n bocoran dari pihak polisi, Poli keukeuh pada cintanya.

Dia malah membantu Mekhit meloloskan diri. Apalagi, Mekhit si bandit berkawan baik dengan Kartamarma, komisaris polisi. Mereka adalah sahabat sejak lama.

”Karta, Karta, Karta,” sapa Mekhit menyambut sahabatnya. ”Mekhit, Mekhit, Mekhit,” balas Karta seraya memeluk sahabatnya yang menjadi musuh bebuyutan polisi.

Sunguh kontras pada masa itu, seorang bandit kelas kakap bersahabat karib dengan komisaris polisi. Hal itulah yang membuat Mekhit selalu lolos dari ancaman tiang gantung yang menantinya. Pada masa itu, untuk bisa bertahan, orang sekelas bandit sekali pun harus pintar menjalin hubungan baik dengan pihak kepolisian.

Opera Ikan Asin yang dibawakan Teater Koma pada Rabu (1/3) menunjukka­n sebuah realitas fiksi yang tak hanya menghibur. Kisah bandit yang jadi pujaan tersebut juga memberikan kesan mendalam.

Opera yang dimainkan dua kali itu kembali disuguhkan di Ciputra Artpreneur dalam rangka HUT ke-40 Teater Koma. Teater yang terbentuk pada 1 Maret 1977 tersebut seolah tak berhenti memberikan penampilan terbaik dengan konten unggul tiap pentas.

” Opera Ikan Asin ini lebih ringan dan menghibur. Keren banget karena Teater Koma bisa bertahan sampai sekarang,” ungkap Irma Widya, salah seorang penonton opera, saat ditemui

Jawa Pos di waktu rehat pementasan. ”Inilah lakon tentang sebuah era yang penuh ketidakjel­asan. Raja bandit dijadikan pahlawan oleh masyarakat,” ujar Nano Riantiarno, sutradara pementasan Opera Ikan Asin. (bir/c25/diq)

 ?? PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS ?? LEBIH RINGAN DAN MENGHIBUR: Penampilan Teater Koma di Ciputra Artpreneur Rabu (1/3)
PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS LEBIH RINGAN DAN MENGHIBUR: Penampilan Teater Koma di Ciputra Artpreneur Rabu (1/3)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia