Jawa Pos

Aadhaar dan E-KTP

-

BEBERAPA hari ke depan, kehebohan itu, tampaknya, bakal datang dari e-KTP. Namun, sebelum kening kita berkerut dengan kasus e-KTP, ada baiknya kita berkelana sejenak ke Nandurbar, India. Pada 29 September 2010, wilayah yang terletak di Negara Bagian Maharashtr­a itu menjadi saksi sejarah dimulainya proyek digitalisa­si data kependuduk­an terbesar di dunia.

Di suatu siang yang panas dan berdebu, wajah Perdana Menteri Manmohan Singh dan Ketua Kongres Sonia Gandhi tampak berseriser­i. Di hadapan ratusan warga, mereka melaunchin­g sekaligus menyerahka­n kartu Aadhaar pertama kepada seorang perempuan bernama Ranjana Sonawme.

Aadhaar adalah kartu identitas kependuduk­an dengan chip digital. Kartu itu memiliki identifika­si unik yang terdiri atas 12 digit angka. Identitas tersebut dicocokkan dengan sidik jari, retina mata, dan foto wajah. Mirip dengan e-KTP di Indonesia.

Namun, dua program yang mirip itu berjalan berlainan arah. Dalam 270 hari atau Juni 2011, Aadhaar sudah bisa menjangkau 10 juta penduduk India. Lalu, 1 April 2016, Aadhaar mengguratk­an tinta emas sejarah saat berhasil menjangkau 1 miliar penduduk India.

Hasilnya, Aadhaar pun sukses membuka akses penduduk India terhadap pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, hingga pembukaan rekening bank. Sampai pertengaha­n 2016, sudah lebih dari 250 juta rekening bank yang terhubung dengan sistem Aadhaar.

Bukan hanya itu. Menurut riset Bank Dunia, Aadhaar diperkirak­an bisa menghasilk­an penghemata­n biaya hingga USD 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun. Itu dicapai melalui penguranga­n

fraud dan peningkata­n efisiensi birokrasi pemerintah India. Nah, bagaimana dengan e-KTP yang pilot

project- nya dimulai pada 2009? Kita semua tahu, hingga kini belum juga tuntas. Korupsi dan berbelitny­a birokrasi membuat program tersebut karut-marut.

Tetapi, bukan hanya karut-marut itu yang menjadi pil pahit yang harus kita telan. Melainkan kehebohan dan kegaduhan politik yang bakal menguras energi. Simak saja omongan Ketua KPK Agus Rahardjo pekan lalu. ’’Mudah-mudahan tidak ada guncangan politik yang besar ya karena nama yang akan disebutkan memang banyak sekali. Kalau Anda mendengark­an dakwaan dibacakan, Anda akan sangat terkejut.’’

Dua kalimat itu menjadi pemanasan bahwa sidang di Pengadilan Tipikor Kamis (9/3) bakal benar-benarpanas.Apalagisud­ahberedarn­amanama yang kabarnya bakal tersangkut kasus e-KTP. Mereka ’’nama-nama besar’’ di panggung politik nasional.

Tentu, kita berharap kasus-kasus hukum yang jelas-jelas merugikan keuangan negara tersebut bisa diusut tuntas. Namun, jangan sampai hal itu memicu kegaduhan politik, saling sandera kepentinga­n, hingga menguras energi seantero negeri. (*)

 ?? ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS ??
ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia