Jawa Pos

Manggung ke Banyak Kota, Dijuluki ”Ratu Ular” di Sekolah

Ular bukanlah hewan yang menakutkan. Bagi Mista Ariyani Fadila, binatang yang dikenal berbisa itu merupakan kawan yang sangat menyenangk­an. Bisa jadi partner untuk beraksi.

- UMAR WIRAHADI

LAGU India mengalun dari ruang tamu sebuah rumah di Desa Kedungruke­m, Kecamatan Benjeng, Kamis (2/3). Seorang bocah perempuan perlahan berdiri dan mulai menari. Sesekali tangannya menyetel volume musik dari laptopnya.

Dia adalah Mista Ariyani Fadila. Gerakannya gemulai mengikuti rancak irama musik. Tangannya meliuk-liuk sambil mengibaska­n selendang kuning yang tersampir di kepalanya. Sorot matanya tajam. Sejurus kemudian, dia mendekati sebuah kotak kayu di pojok ruang tamu. Dia membuka kotak pelan-pelan, kemudian mengambil isinya. Apa itu? Ternyata, seekor ular besar.

Tanpa rasa takut, sang penari mengangkat ular jenis piton tersebut dan menyelempa­ngkannya di dada. Remaja itu terus menari. Dari dada, ular melilit ke pinggang. Lalu, berganti posisi dengan melingkar di leher. ”Atraksi seperti ini biasa saya mainkan di panggung,” katanya kepada Jawa Pos.

Dila sudah dikenal sebagai penari ular cilik. Tidak hanya di desanya, dia sudah menari di berbagai tempat. Dia sering diundang manggung. ’’Awalnya, cuma hobi,” ujar siswi kelas VII SMPN 1 Balongpang­gang tersebut.

Sebutan penari ular cilik membuat Dila semakin tekun mempelajar­i taritarian, terutama India. Dia sudah menguasai beberapa tarian dari negeri asal bintang Bollywood Shahrukh Khan itu. Di antaranya, tari dan Tarian tersebut kerap mengiringi atraksi Dila di atas panggung. ”Saya belajar sendiri. Banyak buka ucapnya, polos.

Dila mulai berkenalan dengan ular saat berusia 10 tahun. Saat itu, dia duduk di bangku kelas IV SDN 1 Kedungruke­m. Dila yang pendiam dan imut kerap menjadi sasaran ulah usil siswa lelaki. ’’Pokoknya sering dikerjain,” tuturnya, kemudian tersenyum.

Setiap kali bertemu dengan temanteman kecilnya, Dila tidak tahu bagaimana caranya melepaskan diri. Nah, suatu hari, dia melihat seekor ular tambang menempel di pohon nangka sekolah. Tanpa pikir panjang, bocah berkulit bersih tersebut menarik ekor ular. Dia lantas melemparka­n ular itu ke barisan siswa laki-laki yang sedang berkumpul. Anak-anak tersebut pun lari belingsata­n. Mereka ketakutan. Sejak saat itu, jika dijahili teman lakilakiny­a, Dila langsung mencari ular. ”Kalau diganggu, saya balas takuti dengan ular. Pasti nggak berani,” kenangnya, lalu tertawa lepas.

Dari peristiwa tersebut, Dila mulai terbiasa dengan ular. Memegang ular lama- lama pun bukan masalah. Suatu hari, saat kelas V, dia menonton VCD seorang penari ular bernama Sri Devi Lestari. Penari asal Jombang itu melakukan atraksi sambil memegang ular piton.

Dila pun mulai tertarik dan bertekad mempelajar­i tarian ular. Ditemani orang tuanya, Nita Wahyuningt­ias, 32, dan Misbah, 37, Dila langsung kopi darat dengan Sri Devi Lestari. Dila juga kerap ikut dalam setiap tur penari tersebut. ’’Saya nonton untuk belajar,” katanya.

Kini, Dila dikenal sebagai penari ular cilik. Dia sering diundang pentas ke berbagai tempat. Selain Gresik, dia manggung di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, serta daerah-daerah lain di Jawa Timur. Mulai undangan ulang tahun hingga sunatan masal. Honornya ratusan ribu rupiah sekali manggung. ’’Lumayan, bisa nambah uang jajan,” ujar bocah 13 tahun itu.

Di sekolahnya di SMPN 1 Balong- panggang, Dila dijuluki Ratu Ular. Awalnya, Dila risi dengan panggilan tersebut. Namun, kini dia terbiasa. Bocah kelahiran 16 Agustus 2004 itu memiliki dua ular. Yakni, ular piton sepanjang 4 meter dan ular sanca 3 meter. Bobotnya mencapai 5–6 kilogram. Hewan tersebut dipelihara dalam wadah khusus di depan rumahnya.

Nita mengaku masih waswas dengan hobi unik yang digeluti buah hatinya itu. Nita selalu mengawasi putrinya. Dia tidak ingin putri semata wayangnya celaka. Apalagi, setelah ada kasus penari ular yang tewas karena digigit kobra saat atraksi di panggung pada 2016. ’’Sebagai orang tua, saya sangat berhati-hati. Sebelum Dila tampil, saya pastikan ular yang dipakai tidak berbahaya,” tuturnya.

Nita dan Misbah harus memastikan ular yang digunakan dalam atraksi anaknya sudah jinak. Jika masih ragu, mereka memplester mulut si ular. ’’Yang diplester biasanya ular yang baru kenal,” tambah Misbah. (*/c18/roz)

 ?? UMAR WIRAHADI/JAWA POS ?? kathak, manipuri, bharatanat­yam. YouTube,”
UMAR WIRAHADI/JAWA POS kathak, manipuri, bharatanat­yam. YouTube,”

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia