Drama Politik Korsel Masuki Episode Baru
Sudah 19 akhir pekan yang dihabiskan warga Korsel dengan cara menduduki jalanan Kota Seoul demi menuntut presidennya, Park Geun-hye, dilengserkan. Jumat (10/3) keinginan itu terpenuhi. Demo akhir pekan tetap berjalan. Tapi, agendanya berubah. Park harus d
KEPUTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) pada Jumat (10/3) menjadi pukulan telak bagi Park Geun-hye. Presiden ke-11 Korsel tersebut selama ini yakin dirinya tetap berkuasa. Kerena itu, sebesar apa pun massa yang turun ke jalan untuk menuntutnya mundur, Park bergeming.
Keyakinan itu luntur saat putusan dibacakan. Harian Chosun Ilbo melaporkan bahwa Park sendirian ketika melihat pembacaan putusan dari siaran televisi di istana kepresidenan atau Blue House. Sebelum putusan MK keluar, Park dan pengacaranya yakin lima di antara delapan hakim mendukungnya atau setidaknya posisinya seimbang, yaitu 4 lawan 4. Namun, kenyataannya, suara delapan hakim bulat untuk memakzulkannya.
Tak percaya dengan yang dilihatnya, Park buru-buru menelepon salah seorang ajudannya untuk meminta konfirmasi. ”Presiden tampak tertegun dengan keputusan itu. Dia tampak murung. Dia sementara ingin sendirian,” jelas ajudan perempuan yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.
Dia menambahkan, Park tidak memiliki rencana untuk mengeluarkan pernyataan dalam waktu dekat. Baik mengenai keputusan MK maupun langkah yang akan dia ambil. Dia juga tidak berusaha menenangkan para pendukungnya. Juru Bicara Partai Keadilan Han Chang-min menuding Park tidak bertanggung jawab dengan terus tutup mulut. ”Tindakannya seolah menunjukkan kepada publik bahwa dia menolak menerima keputusan MK. Itu akan mengakibatkan kericuhan yang lebih besar,” tegas Han.
Meski dilengserkan, politikus yang pernah menjadi presiden perempuan pertama Korsel tersebut tidak akan meninggalkan istana kepresidenan yang dalam bahasa Korea disebut dengan Cheong Wa Dae itu. Park akan meninggalkan Blue House setelah rumah pribadinya di wilayah selatan Seoul selesai diperbaiki dan dibersihkan.
Mantan presiden yang masih melajang pada usia 65 tahun itu bakal menghadapi jalan terjal. Sahabatnya, Choi Soon-sil, sudah ditahan. Dia juga tidak dekat dengan dua adiknya. Tidak tertutup kemungkinan, dalam waktu dekat, Park menyusul Choi ke balik jeruji besi. Sebab, dia tidak lagi kebal hukum. Jaksa bisa memanggilnya kapan saja untuk diinvestigasi terkait dengan skandal penyalahgunaan kekuasaan yang membelitnya, panggilan yang selalu dia tolak selama berbulan-bulan.
Park dituding telah memanfaatkan kekuasaannya dengan meminta perusahaan-perusahaan besar menyumbang ke organisasi nonprofit K-Sport yang dikelola Choi. Sumbangan tersebut tidak gratis. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan permintaan.
Misalnya, Samsung. Merger dua anak perusahaan Samsung Group dipermudah setelah memberikan ”uang pelicin” ke K-Sport. Park juga membiarkan Choi yang tidak memiliki jabatan kenegaraan apa pun mengetahui berbagai rahasia negara dan meminta pertimbangannya untuk berbagai keputusan penting.
Park bukanlah mantan presiden pertama yang terlibat skandal dan bermasalah dengan hukum. Beberapa mantan presiden Korsel juga mengalami nasib serupa. Di antaranya, Presiden Ke-5 dan Ke-6 Korsel Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo. Keduanya harus mendekam di penjara pada 1990an karena masalah suap. Presiden Ke-9 Korsel Roh Moo-hyun juga diselidiki karena skandal korupsi. Alih-alih bertanggung jawab, dia malah memilih untuk bunuh diri pada 2009.
Ketika kepastian nasib Park sudah diumumkan, aksi turun ke jalan kelompok anti-Park setiap akhir pekan tidak berhenti. Kemarin (11/3), mereka kembali memenuhi jalanan utama Kota Seoul. Jika sebelumnya penduduk menuntut Park mundur, kini tuntutan mereka berubah. Yakni, agar dia segera ditangkap dan diadili atas perbuatannya.
”Pemakzulan bukanlah akhir. Kami tidak akan terpecah belah. Kami akan terus maju dan bersatu. Dia (Park, Red) kini adalah penduduk biasa. Jika salah, dia harus ditahan,” ujar salah seorang demonstran T. H. Kim.
Massa juga menuntut Perdana Menteri (PM) sekaligus Plt Presiden Hwang Kyo-ahn mundur dari jabatannya. Hwang yang merupakan orang kepercayaan Park menjadi presiden sementara sejak Park dimakzulkan parlemen pada 9 Desember lalu.
Tak jauh dari lokasi tersebut, kaum tua yang mendukung Park ikut beraksi. Polisi berjaga agar kericuhan tidak kembali terjadi. Para pendukung setia Park itu adalah orang-orang yang hidup dalam masa kepemimpinan Park Chung-hee. Ayah Park Geun-hye tersebut memimpin selama 18 tahun sebelum dibunuh. (Reuters/AFP/sha/c23/any)