Jawa Pos

Bantah Ada Hujan Deras dan Macet

Keluarga Hindun Minta Ketua RT dan Ustad Blak-blakan

-

JAKSEL – Polarisasi dalam Pilgub DKI, tampaknya, begitu dalam memecah masyarakat di Jakarta. Yang terbaru, ada insiden penolakan jenazah di musala di kawasan Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan. Hindun binti Raisan, seorang nenek 78 tahun, yang tutup usia pada Kamis (9/3) ditolak untuk disemayamk­an di musala yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya.

Ahmad Syafi’i, ustad setempat, yang menolak juga tercatat yang ikut menyalatka­n Hindun di rumahnya. Sunengsih, anak Hindun, kecewa dengan perlakuan tersebut. ”Saya tak mau membicarak­annya lagi,” ucapnya. Sebelumnya, kepada sejumlah wartawan, Neneng menyatakan bahwa penolakan dibawa ke musala itu disebabkan pilihan Hindun dalam Pilgub.

Dari cerita yang beredar, karena sudah uzur, Hindun melakukan pencoblosa­n dengan cara didatangi PPS. Ketika itu, dia memilih nomor dua alias pasangan Ahok-Djarot.

Menurut seorang keluargany­a yang tak mau disebutkan namanya, pilihan itu random saja. Sebab, Hindun tak mungkin tahu apa yang dicoblosny­a. Asal nyoblos saja.

Ketua RT 09 Abdurahman dan Ustad Ahmad Syafi’i sebenarnya sudah memberikan klarifikas­i pada Jumat (10/3). Me- reka bilang bukannya menolak jenazah Hindun, tapi karena faktor teknis saja. Yakni, karena hujan deras. Mobil yang digunakan untuk membawa jenazah juga tertahan macet. ”Memang benar tidak sem- pat dibawa ke musala, tapi waktunya sudah mepet,” kata Syafi’i dalam klarifikas­inya kepada sejumlah media.

Namun, klarifikas­i tersebut dibantah Neneng. ”Saya tegaskan, apa yang dikatakan ketua RT itu salah besar,” tegasnya. Pernyataan Neneng tersebut terlontar karena adanya berita yang menyebutka­n bahwa pihak masyarakat tidak ingin menyalatka­n jenazah ibundanya karena hujan lebat. ”Beneran, saat kejadian, tidak ada hujan sama sekali. Itu kebohongan yang dibuatbuat,” imbuh ibu 46 tahun itu.

Sikap masyarakat yang mengabaika­n jenazah ibundanya cukup membuatnya kecewa. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa, ada warga yang meninggal, tapi warga di sekitarnya cuek bebek. Bahkan dengan

statement yang mengada-ngada seperti ingin menutupi sesuatu.

Neneng menjelaska­n, saat kematian Hindun, cuaca di Jakarta bisa dibilang panas terik. Setelah dilakukan beberapa prosedur pengurusan, jenazah dibawa dengan ambulans ke tempat pemakaman umum (TPU) di Menteng Pulo, Jakarta Selatan.

Nah, sebelum sampai di TPU, tepatnya di depan Mal Kota Kasablanca, gerimis tiba-tiba mengguyur. Baru saat jenazah sudah berada di liang lahatnya, hujan lebat turun. ”Jadi, hujan turun ketika jenazah sudah di dalam kubur,” terang Ardi, keponakan Neneng, yang ikut mendamping­inya saat sesi wawancara.

Bahkan, dengan tegas, Ardi mengaku bisa menjadi saksi atas statement ngawur ketua RT tersebut. ”Saya yang memasukan nenek ke liang lahatnya. Pas sudah di dalam, baru deh hujan gede. Sebelumnya mah nggak ada sama sekali,” katanya. Pernyataan ketua RT itu juga yang membuat Ardi sangat kecewa. Bagaimana bisa, fakta diubah dengan maksud tujuan tertentu.

Dia bahkan menantang Ketua RT 9, RW 2, Abdurahman dan Ustad Syafi’i duduk bersama untuk menjelaska­n yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai masalah tersebut membuat keluarga Neneng kian dirundung kesedihan. ”Saya mau dengar langsung pernyataan mereka. Jangan hanya berita yang diandalkan,” tegas Ardi.

Dijumpai terpisah, Ramdani, salah seorang tetangga Neneng, menjelaska­n bahwa kala itu warga tidak bisa menyalatka­n jenazah karena waktunya sudah sangat sore, pukul 17.30. Karena hal itulah, akhirnya tidak ada warga yang menyalatka­n mendiang Hindun. Namun, lanjut dia, Ustad Syafi’i tetap memimpin salat jenazah meski di rumah.

Dani melanjutka­n, dirinya sekarang bingung dengan sikap keluarga mendiang. Mereka seperti tidak melihat usaha masyarakat sekitar untuk membantu pemakaman jenazah. Misalnya, diungkapka­n Marta, warga lainnya.

Marta menjelaska­n, saat informasi kematian Hindun terdengar, dirinya langsung bergegas menyiapkan bendera kuning. ”Kami hanya tidak ikut menyalatka­n jenazah di rumahnya. Tapi, proses menuju pemakaman, kami terlibat,” tuturnya. (kar/c24/ano)

 ?? ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS ?? BERDUKA: Sunengsih memegang foto almarhumah ibundanya, Hindun binti Raisan, di Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin.
ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS BERDUKA: Sunengsih memegang foto almarhumah ibundanya, Hindun binti Raisan, di Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia