Persiapan 1,5 Bulan; No 4 Asia
Kecelakaan hebat yang merenggut kaki kirinya pada pertengahan 2015 tidak membuat Muhammad Fadli Imamuddin mengutuki nasib. Dia bangkit, menemukan pelabuhan baru bernama
para-cycling.
PUSPITA Mustika Adya begitu sibuk mengutakatik sepeda Muhammad Fadli Imamuddin di kawasan Sentul City pada sebuah pagi bulan lalu. Puspita memang tengah memperbaiki sepeda Fadli. Namun, itu bukan sekadar iseng. Itu menjadi bagian dari sesi latihan yang dilakukan Fadli untuk mempersiapkan diri menuju Asian Para-cycling Championship di Bahrain pada 25 Februari lalu.
Fadli terjun di nomor MC 4 yang diperuntukkan penyandang disabilitas lutut ke bawah. Dengan jarak tempuh 12,8 km; Fadli mencatat waktu 23 menit 34,78 detik pada nomor
Posisi Fadli lumayan, yakni ke-4. Bagi Fadli, itu adalah pengalaman baru selepas insiden mengerikan yang membuatnya harus kehilangan kaki kiri. Tragedi tersebut terjadi pada hari yang panas di kejuaraan Asia Road Racing Championship (ARRC).
Fadli yang saat itu tengah berselebrasi karena menjadi kampiun tiba- tiba ditabrak dari belakang oleh rider Thailand Jakkrit Sawangswat. Insiden tersebut membuat kaki Fadli diamputasi enam bulan pasca kecelakaan.
Otomatis, Fadli langsung mengumumkan pensiun dari dunia balap yang sangat dicintainya itu Maret tahun lalu. Sebuah momen yang tentu saja membuat dia sangat shock.
Bagaimana tidak, membalap merupakan mata pencaharian utamanya. Namun, tragedi itu tidak membuat dia larut dalam penyesalan yang begitu dalam.
Fadli perlahan mulai bangkit. Apalagi, timnya, Honda, memberinya jabatan sebagai mentor di Honda Racing School ( HRS) dan Asia Talent Cup ( ATC).
Selain itu, Fadli mengaku mulai bisa menyeriusi hobi yang sempat terbengkalai tatkala masih berfokus di balapan. Salah satunya balap sepeda.
Nah, takdir memainkan peran ketika Puspita tengah mencari atlet untuk diterjunkan di ajang Asian Para-cycling Championship. Dia sempat melihat pembalap nasional Doni Tata bersepeda bersama Fadli di Jogja Januari lalu.
Puspita yang sejak awal merupakan fans berat Fadli langsung meminta kontak kepada Doni. Dia lantas menawarkan peluang itu kepada Fadli.
Puspita tidak ragu untuk membujuk Fadli agar bergabung dengan tim Indonesia. Dia merasa bahwa Fadli begitu mirip dengan dirinya. Terutama soal pengalaman yang sangat menyesakkan.
Puspita dulu sempat mengalami koma setelah ditabrak kendaraan. Insiden itu terjadi ketika dia sedang melatih tim nasional Brunei Darussalam.
”Hanya yang memiliki mental juara yang bisa melakukan hal itu ( bangkit, Red),” ucap Puspita setelah melatih Fadli. ”Memang awalnya saya sempat ragu untuk menanyakan itu. Namun, keraguan itu sirna setelah melihat kesungguhannya,” tambahnya.
Fadli baru mengiyakan untuk bergabung dengan pelatnas setelah Ketum PB ISSI Raja Sapta Oktohari juga ikut membujuknya. Fadli mengatakan begitu merindukan atmosfer kompetisi. ”Dan saya bisa menemukan hal itu di ajang para-cycling ini,” ujar ayah Muhammad Ali (1,5 tahun) tersebut.
Latihan demi latihan selama 1,5 bulan pun dijalani Fadli dengan serius. Sebuah persiapan yang –jika merujuk perkataan Puspita– begitu mepet untuk turun di kejuaraan Asia. Sebab, idealnya, masa latihan setahun. ”Dengan hasil ini, Fadli nantinya bakal dipersiapkan untuk mengikuti Paralimpiade,” ucap Puspita. (apu/c11/nur)