Tanamkan Kerangka Berpikir
Guru Seni SMAN 1 Eko Wahyudi Percantik Wajah Sekolah
Materi pelajaran seni budaya tidak bisa dipandang sebelah mata. Perannya cukup penting. Apalagi, hampir semua bagian kehidupan berkaitan dengan seni. Guru seni SMAN 1 Eko Wahyudi punya cara tersendiri untuk mengenalkan seni kepada siswa.
SENI rupa sudah menjadi bagian dari Eko Wahyudi. Dia belajar seni sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) Pacitan. Sempat bekerja di industri pahatan kayu, dia melanjutkan studi di Sendratasik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan konsentrasi pendidikan seni rupa. Bagi Eko, seni rupa adalah seni desain. Karena itu, dia mengarahkan anak didiknya tidak sekadar menggambar. Melainkan mendesain. Yakni, berbentuk tiga dimensi dan produk. ”Kalau mendesain, harus punya kerangka berpikir yang jelas,” katanya. Kerangka berpikir itu dituangkan dalam sketsa. Kerangka berpikir membuat siswa akan lebih terarah dalam menghasilkan produk atau karya. Agar bisa diapresiasi oleh banyak orang, karya siswa bisa di- upload ke Instagram dengan hastag #smasasbydesain. ”Berjalan dua tahun, sampai sekarang ada 2.323 karya,” ujarnya saat ditemui Jumat (10/3). Karya yang di- upload itu beragam. Salah satunya karya maket. Dalam maket tersebut, para siswa mempresentasikan bahan dan cara membuat maket. Mereka mengemasnya dalam video, kemudian mengunggahnya dengan hastag. ”Bisa gambar, bisa video. Mulai proses awal mengerjakan hingga akhir,” terangnya. Menurut dia, dengan mengunggah karya melalui media sosial, siswa bisa menerapkan alur berpikir. Mereka bisa termotivasi untuk membuat karya yang bagus lantaran bakal ditonton banyak orang. Eko mengakui, yang diutamakan dalam pembelajaran adalah proses dan kerangka berpikir. Sebab, tidak semua anak mempunyai bakat seni. Karena itu, dia menghargai setiap proses dan progres siswa dalam mengerjakan suatu karya. ”Ada beberapa kali pertemuan, saya cek. Lalu, pertemuan akhir mengumpulkan karya,” bebernya.
Yang menarik, karya-karya siswa itu juga dipamerkan di tembok-tembok sekolah. Ada
spot-spot yang berisi pajangan karya siswa. Salah satunya di lorong sekolah. Sebelumnya, lorong sekolah itu terkesan rungsep karena digunakan menaruh barang. Lorong itu lantas didesain menjadi galeri seni. Ada banyak lukisan yang ditempel pada dinding. Termasuk seni mural yang dibuatnya bersama siswa menghias dinding. ”Interior tertata, barang disingkirkan, sirkulasi udara jadi bagus. Kelas yang dekat lorong jadi lebih nyaman,” katanya.
Salah satu seni lukis yang dikenalkan Eko adalah teknik sungging. Pewarnaan teknik lukis itu menggunakan tingkatan atau gradasi warna. Misalnya, warna hijau, hijau muda, hijau sangat muda, dan hijau muda mendekati putih.
Eko berencana menggelar pameran karya siswa di depan sekolah. Yakni, di jalur pedestrian depan SMAN 1. Terutama pameran saat ujian praktik para siswa. ”Mudah-mudahan bisa terealisasi tahun depan,” tuturnya. Melalui pameran tersebut, dia ingin masyarakat mengapresiasi karya-karya siswa. Hal itu melatih mental dan rasa percaya diri siswa terhadap karyanya.
Dalam proses pembelajaran untuk SMA, Eko mengajarkan seni yang berkaitan dengan teknik. Di antaranya, teknik arsitektur, desain interior, desain produk, serta desain komunikasi visual (DKV). Misalnya, gambar perspektif dan gambar proyeksi. ”Dari situ arahnya jelas, seni terapan. Kalau seni murni, saya rasa sudah banyak diajarkan di SD dan SMP,” ungkapnya. (puj/c7/nda)